JABAR EKSPRES – Kematian siswi SMKN 1 Cihampelas, Bunga Rahmawati (17), sempat dikaitkan dengan insiden keracunan massal Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Namun, keluarga membantah keras kabar tersebut. Menurut ibunya, Bunga meninggal akibat penyakit bawaan lambung yang tidak segera tertangani.
Sity Nurhayati, ibu kandung Bunga, menyampaikan klarifikasinya melalui unggahan di media sosial. Ia menegaskan bahwa berbagai isu yang beredar di masyarakat tidak benar adanya.
Baca Juga:Keren! Pemkab Bandung Diusulkan Jadi Percontohan Implementasi Program MBG di IndonesiaUpdate Kasus Keracunan Massal MBG di Bandung Barat, Belasan Saksi Diperiksa Polisi!
“Saya pertegas, Bunga meninggal murni dari penyakit bawaan lambung, bukan karena keracunan!” tulis Sity.
Ia juga membantah informasi yang menyebut putrinya sempat mengalami kejang-kejang, mulut berbusa, atau bibir membiru sebelum meninggal dunia.
“Itu semua bohong! Bunga cuma muntah-muntah saja,” tambahnya.
Dalam unggahannya, Sity mengungkapkan peran besar Bunga di dalam keluarga. Sejak Sity bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan sang suami merantau ke luar daerah, Bunga menjadi tulang punggung keluarga.
Bunga, kata Sity mengurus dua adiknya yang masih kecil serta menjaga rumah tangga sehari-hari.
“Kurang penanganan karena Bunga hanya tinggal bersama dua adiknya. Dia juga yang urus mereka,” ujar Sity.
Ia berharap publik tidak lagi mengaitkan kepergian putrinya dengan isu yang tidak benar.
“Cukup sakit dengan kehilangan beliau. Bunga itu anak baik, sangat berperan dalam keluarga,” tuturnya.
Baca Juga:Dinkes Bandung Barat Pastikan Siswi SMKN 1 Cihampelas Meninggal Bukan karena MBGRespons Kasus Keracunan, SPPG Cimahi Tingkatkan Standar Keamanan dan Kebersihan Dapur MBG
Sementara itu, paman Bunga, Nanang (53), menceritakan bahwa keponakannya sempat kembali masuk sekolah pada Senin (29/9/2025), setelah beberapa hari beristirahat pasca insiden keracunan massal gelombang kedua di KBB. Namun, Bunga pulang lebih cepat dari sekolah karena mengeluh sakit kepala dan mual.
“Dia bilang pusing dan mual, makanya pulang cepat,” kata Nanang.
Keluhan itu berlanjut hingga Selasa (30/9/2025) dini hari. Bunga sempat memberi tahu kakaknya, Sindi, mengenai kondisi kesehatannya. Ia pun diberi obat untuk meredakan sakitnya. Namun bukannya membaik, kondisinya justru semakin memburuk.
Nahasnya, saat itu di rumah hanya ada adik bungsunya yang masih balita, karena kakak bekerja dan adik lainnya bersekolah. Ketika adiknya pulang sekolah pada siang hari, Bunga ditemukan dalam keadaan lemah tak berdaya.
