Billy Martasandy Maknai Hari Batik: Ini Warisan Budaya, Bukan Tren Sesaat

Billy Martasandy Maknai Hari Batik: Ini Warisan Budaya, Bukan Tren Sesaat
Billy Martasandy Maknai Hari Batik: Ini Warisan Budaya, Bukan Tren Sesaat
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Tepat pada peringatan Hari Batik Nasional, sosok pengusaha muda asal Bandung yang juga CEO Martasandy Group, Billy Martasandy, menyampaikan pandangannya tentang pentingnya menjaga dan melestarikan batik sebagai warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Bagi Billy, batik bukan sekadar simbol tradisional atau busana formal yang dikenakan saat acara resmi, tetapi cerminan identitas bangsa yang harus terus hidup di tengah modernitas.

Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober sejak ditetapkannya batik sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada 2009, menurut Billy, seharusnya menjadi pengingat bahwa budaya bukanlah sesuatu yang hanya dikenang, melainkan dijaga dan dikembangkan secara aktif oleh seluruh elemen masyarakat.

Baca Juga:Trionda Resmi Jadi Bola Piala Dunia 2026, Simbol Persatuan Tiga Negara Tuan RumahMarc Marquez Siap Taklukkan Mandalika, Morbidelli Sebut Seperti Balapan di Rumah Sendiri

“Batik adalah warisan budaya, bukan tren sesaat. Tugas kita adalah memastikan bahwa warisan ini tidak hanya dipertahankan, tapi juga terus relevan dengan zaman. Generasi muda harus diberi ruang untuk mengenal, mencintai, dan mengembangkan batik dengan caranya sendiri,” ujar Billy.

Sebagai seorang entrepreneur yang telah mengembangkan bisnis di berbagai sektor, Billy Martasandy memiliki pandangan bahwa budaya lokal tidak hanya harus dihargai secara emosional, tetapi juga bisa menjadi kekuatan ekonomi yang berdaya saing tinggi.

“Kalau Korea bisa mengangkat hanbok ke dunia internasional, dan Jepang bisa menjadikan kimono sebagai ikon global, kenapa kita tidak bisa menjadikan batik sebagai kekuatan ekonomi dan budaya Indonesia? Yang dibutuhkan adalah sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, komunitas kreatif, dan masyarakat,” tambahnya.

Ia menambahkan bahwa budaya bukanlah sesuatu yang statis. Justru di sinilah tantangannya, bagaimana menjaga nilai tradisi sambil membawanya ke panggung global.

Billy juga memulai langkah dari internal. Di Martasandy Group, ia menerapkan kampanye internal bertajuk “Batik, Warisan Kita”, di mana seluruh karyawan dari berbagai unit usaha diwajibkan mengenakan batik selama sepekan penuh. Tak sekadar seremonial, kampanye ini juga disertai dengan sesi edukasi ringan mengenai sejarah, filosofi motif batik, dan peran budaya dalam dunia bisnis.

“Saya ingin budaya menjadi bagian dari DNA perusahaan, bukan hanya hiasan dinding atau seragam acara. Ketika karyawan merasa bangga memakai batik, mereka tidak hanya mengenakan kain—mereka mengenakan sejarah bangsanya,” ujarnya.

0 Komentar