Stunting di Cimahi Meroket, Pemkot: Pencegahan harus Libatkan Semua Unsur!

Stunting di Cimahi Meroket, Pemkot: Pencegahan harus Libatkan Semua Unsur!
Ilustrasi: Petugas memberikan Vitamin A kepada Balita untuk mencegah stunting dan memperkuat daya tahan tubuh, mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak, serta meningkatkan penyerapan zat gizi. Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES — Angka stunting di Kota Cimahi kembali menjadi perhatian serius. Data terbaru menunjukkan prevalensi stunting di kota ini meningkat signifikan, dipengaruhi oleh migrasi penduduk, sanitasi yang buruk, hingga rendahnya asupan gizi anak.

Berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan 2024, Cimahi tercatat sebagai daerah dengan kasus stunting terbesar kedua di Jawa Barat, dengan prevalensi mencapai 22,3 persen.

Artinya, sekitar 22 dari 100 anak di Cimahi mengalami gangguan pertumbuhan. Padahal, pada tahun 2023 prevalensi stunting di Cimahi tercatat hanya 9,56 persen atau sekitar 2.810 kasus berdasarkan data e-PPGBM.

Baca Juga:Lonjakan Stunting di Cimahi Capai 22,3 Persen, Jadi Tertinggi Kedua di Jawa BaratStunting di Bandung Barat Tembus 30,8 Persen, Jauh di Atas Rata-rata Nasional

“Cimahi sebagai daerah urban dengan mobilitas tinggi banyak dihuni penduduk baru, termasuk anak-anak yang mengalami stunting. Kondisi ini otomatis masuk dalam populasi Cimahi,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi, dr. Mulyati belum lama ini.

Menurutnya, faktor utama penyebab lonjakan stunting antara lain urbanisasi, sanitasi yang tidak memadai, pola asuh yang belum optimal, serta rendahnya konsumsi makanan bergizi.

Ia juga menekankan, banyak keluarga belum maksimal dalam memberikan ASI eksklusif maupun makanan pendamping ASI (MPASI), serta pemantauan tumbuh kembang anak yang belum merata.

“Keterbatasan ekonomi membuat akses terhadap pangan bergizi sulit. Banyak orang tua akhirnya memilih makanan yang hanya membuat kenyang, tapi tidak memenuhi kebutuhan gizi anak,” tandas Mulyati.

Pemerintah Kota Cimahi kini berupaya menekan angka stunting melalui pendekatan pencegahan sejak hulu.

Program dimulai dari remaja dengan pemberian tablet tambah darah, hingga intervensi pada keluarga yang masuk kategori berisiko.

“Keluarga berisiko stunting itu adalah calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui atau ibu nifas, bayi di bawah dua tahun, dan balita. Memang fokus kita sekarang ke ibu hamil dan (bayi) bawah dua tahun,” kata Kepala DP3AP2KB Kota Cimahi, Fitriani Manan, saat ditemui Jabar Ekspres di ruang kerjanya, Jumat (26/9/2025).

Baca Juga:Cegah Stunting, Pemdes Haurngombong Sumedang Gencarkan Edukasi Terhadap RemajaDosen Universitas Bhakti Kencana Ajak Warga Mekarrayahu Lawan Stunting Lewat Edukasi Gizi

Fitriani menjelaskan, keluarga miskin dengan kondisi sanitasi buruk dan akses air bersih terbatas masuk dalam kategori berisiko tinggi. Bahkan, meskipun anak belum mengalami stunting, potensi ancaman tetap ada.

0 Komentar