Bogor Perang Lawan Stunting: Fokus ke Dapur, Edukasi, dan Data Anak

Bogor Perang Lawan Stunting: Fokus ke Dapur, Edukasi, dan Data Anak
Ilustrasi stop stunting
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Di tengah naiknya angka stunting di Kota Bogor pada 2024, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor memilih tak tinggal diam. Alih-alih tenggelam dalam seremoni, langkah-langkah konkret kini digencarkan, mulai dari dapur sehat di sekolah hingga pemantauan digital untuk memastikan setiap anak mendapatkan perhatian sesuai kebutuhannya.

Angka stunting di Bogor tercatat naik menjadi 21,20 persen di tahun 2024, dari sebelumnya 18,2 persen pada 2023. Kenaikan ini menjadi alarm serius bagi Pemkot Bogor yang menargetkan “zero new stunting” atau tidak ada lagi kasus baru pada 2025.

“Di 2025 tentu tantangannya jadi lebih besar untuk menurunkan prevalensinya. Target kami dari yang harus diintervensi adalah 1.588, kita coba turunkan menjadi 1.510 dan tidak boleh ada lagi penambahan kasus stunting,” ucap Dedie Rachim, Jumat (26/9/2025).

Baca Juga:Kuota 8 Persen Suporter Timnas Indonesia di Arab Saudi Tak IdealTerungkap! Alasan Mees Hilgers dan Marselino Tak Dipanggil Timnas Indonesia, Ternyata…

Salah satu strategi yang mulai terlihat nyata adalah penguatan peran Satuan Pendidikan Peduli Gizi (SPPG) yang saat ini sudah memiliki 32 dapur aktif.

Uniknya, dapur ini tidak hanya melayani kebutuhan siswa, tapi juga diarahkan untuk membantu ibu hamil, menyusui, dan balita—tiga kelompok rentan dalam lingkaran stunting.

“Saya optimis ya, karena adanya keberadaan SPPG di Kota Bogor. Saya sudah minta juga untuk segera menyentuh bukan hanya siswa-siswi di sekolah saja, tapi juga ibu hamil, menyusui, dan balita,” ucapnya.

WWakil Wali Kota Bogor, Jenal Mutaqin, yang juga Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), menekankan bahwa penanganan stunting harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu.

“Dari 1.588 itu kan treatment-nya tidak semua sama, tidak semua harus dikasih protein atau telur. Harus ada pola yang berbasis kebutuhan per individu by name by address, baik balita, ibu hamil, maupun calon pengantin baru,” ujarnya.

Ia juga melihat adanya peluang besar dari dukungan relawan, donatur, dan SPPG dalam upaya merealisasikan zero new stunting, serta menekankan pentingnya inovasi digital untuk memantau perkembangan anak yang dibantu.

“Saya mengharapkan ada sebuah aplikasi, sehingga para donatur tahu anak yang selama ini dibantu bagaimana perkembangan fisiknya, gizinya selama periode tertentu. Kalau dengan seperti itu ada rasa memiliki, ada rasa tanggung jawab, ini akan lebih terasa perjuangannya,” jelas Jenal.

0 Komentar