JABAR EKSPRES – Kondisi jalan penghubung antara Desa Ganjarsari dan Desa Cipada di Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB) kian memprihatinkan.
Jalan sepanjang 4,6 kilometer tersebut selama belasan tahun tidak pernah mendapat perbaikan memadai, sehingga menyulitkan mobilitas ratusan warga.
Kepala Desa Ganjarsari, Hasanudin Basori menyebut, hampir seluruh ruas jalan masih berupa hamparan batu yang kasar dan tidak rata. Saat musim hujan, jalan berubah menjadi kubangan air dan lumpur, membuat warga kesulitan melintas.
Baca Juga:City Gas Tour 2025 Sambangi 4 Kota di Sumatera, PGN Dorong Pemanfaatan Energi BersihKomitmen Nyata Terapkan GRC dalam Bisnis, PGN Raih TOP GRC Award 2025
“Sekitar 700 jiwa yang tinggal di lima RW di Desa Ganjarsari terpaksa memutar jauh melewati tujuh desa lain hanya untuk bisa beraktivitas ke pusat ekonomi, pendidikan, maupun layanan kesehatan,” kata Hasanudin Basori saat dikonfirmasi, Jumat (12/9/2025).
Menurutnya, status jalan sepanjang 4,6 kilometer tersebut bukan milik desa, melainkan milik perkebunan teh PTPN. Sehingga dana desa tidak bisa digunakan untuk renovasi jalan ini.
“Desa hanya bisa memperbaiki ruas jalan desa sepanjang 38 kilometer, tapi tentu dana yang ada tidak cukup jika harus menangani jalan ini juga,” katanya.
Ia menambahkan, jalan penghubung Ganjarsari–Cipada bukan hanya jalur vital warga sekitar, melainkan juga berpotensi menjadi akses alternatif antar-kecamatan, khususnya dari Cikalongwetan menuju Cisarua.
Apabila diperbaiki, lanjut Hasanudin, jalur tersebut dapat memangkas waktu tempuh sekaligus membuka peluang peningkatan aktivitas ekonomi antarwilayah.
“Dulu sempat digembar-gemborkan bakal jadi alternatif menuju Cisarua dan Lembang dengan perbaikan dari PT KCIC. Namun, karena batal dibangun stasiun di Walini, jalan ini pun tidak jadi direnovasi,” paparnya.
Ia berharap pemerintah daerah segera turun tangan untuk mencari solusi konkret. Menurutnya, satu-satunya langkah yang bisa ditempuh adalah Pemkab Bandung Barat berkoordinasi langsung dengan manajemen perkebunan teh PTPN sebagai pemilik lahan jalan.
Baca Juga:Biar Kulit Halus Lagi, Ini 7 Cara Sederhana Atasi Pori-Pori MembandelMerefleksikan Tema Haornas 2025 ‘Olahraga Satukan Kita’ ala DBL Indonesia
“Pemerintah harus duduk bersama pengelola perkebunan teh untuk membahas status dan renovasi jalan. Ini demi kepentingan masyarakat yang selama ini hanya bisa berharap,” tegasnya.
Warga Desa Ganjarsari sendiri menaruh harapan besar agar akses vital tersebut segera ditangani. Perbaikan jalan dianggap sangat mendesak karena berdampak langsung pada kelancaran aktivitas sehari-hari, mulai dari anak sekolah, petani membawa hasil kebun, hingga warga yang membutuhkan layanan kesehatan.
