JABAR EKSPRES – PT Aneka Tambang Tbk (Antam) semakin serius dalam menjalankan transformasi energi menuju operasional yang lebih ramah lingkungan.
Salah satu langkah konkretnya adalah pengembangan produksi “emas hijau” — logam mulia yang dihasilkan dengan meminimalkan jejak karbon dan memaksimalkan penggunaan energi terbarukan.
Sekretaris Perusahaan Antam, Syarif Faisal Alkadrie, menyatakan bahwa perusahaan telah menyusun langkah strategis untuk memperbaiki sistem energi dalam operasional logam mulia.
Baca Juga:Perkuat Kapasitas UMKM Perikanan Lewat Literasi Keuangan, KKP Gandeng Penyuluh dan OJKPastikan Kepatuhan Proses Halal, BPJH Berencana Inpeksi Pabrik Nampan MBG di China
Meski kebutuhan energi dalam pengolahan emas relatif lebih rendah dibandingkan proses smelting dan tambang lainnya, Antam tetap berkomitmen untuk melakukan transisi energi ke energi terbarukan.
“Kami tetap komitmen untuk melakukan perbaikan, sehingga nanti kami bisa membanggakan atau bisa mengklaim bahwa emas Antam itu sudah green gold (emas hijau),” kata Alkadrie dikutip dari ANTARA, Rabu (10/9).
Menurut Alkadrie, Antam menargetkan hingga 93 persen energi yang digunakan dalam proses produksi logam mulia akan berasal dari sumber energi terbarukan.
“Green gold itu hamper 93 persen energi yang dipakai itu sumbernya dari energi terbarukan,” ucapnya.
Antam juga telah menyusun peta jalan keberlanjutan jangka menengah 2025–2030, yang mana di antaranya memuat aksi dekarbonisasi melalui pemanfaatan energi terbarukan, rehabilitasi ekosistem sungai dan reklamasi lahan pascatambang, memberdayakan masyarakat di sekitar wilayah operasi, hingga meningkatkan bauran energi terbarukan sebesar 10 persen dari basline business as usual tahun 2023.
Antam membidik pada 2029-2030, seluruh lahan rehabilitasi yang telah menjalani program minimal 5 tahun memiliki tingkat keberhasilan di atas 75 persen.
“Ini tidak mudah. Rata-rata keberhasilan berbeda-beda, sehingga acuan di Antam adalah keberhasilan di atas 75 persen,” kata Alkadrie.
