JABAR EKSPRES – Di tengah fluktuasi harga bahan pokok dan kekhawatiran akan kelangkaan beras di sejumlah daerah, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mengambil langkah strategis dengan mengintensifkan pemantauan distribusi dan ketersediaan beras.
Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah dengan mengerahkan tim enumerator petugas lapangan yang bertugas memantau langsung kondisi perberasan di pasar maupun di luar pasar.
“Kita punya tenaga enumerator, semacam surveyor lapangan, yang secara rutin turun ke pasar-pasar tradisional. Mereka mencatat, memonitor, dan melaporkan kondisi stok beras, harga, hingga asal beras setiap hari,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar, saat ditemui di Balai Kota Bandung, Senin (1/9).
Baca Juga:Gerakan Pangan Murah, Solusi Nyata untuk Rakyat di tengah Gejolak HargaProgram MBG Perdana di SMKN 3 Cimahi Disambut Antusias, Sekolah Tegaskan Standar Kualitas dan Keamanan Pangan
Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari sistem pengawasan distribusi pangan yang lebih ketat. Dengan posisinya sebagai salah satu daerah distributor beras di Jawa Barat, Kota Bandung menjadi titik lalu lintas penting dalam rantai pasok beras nasional. Artinya, potensi terjadinya penimbunan ataupun distribusi yang tidak merata bisa lebih tinggi jika tidak diawasi dengan baik.
“Nah ini yang sedang coba kita koordinasikan juga dengan Disdagin, dengan berbagai lembaga. Karena kalau bisa redistribusi berasnya cukup panjang. Banyak pihak yang terlibat di situ. Nah ini yang kita coba inventarisir. Sumber-sumbernya dari mana, penyimpanannya di mana. Kemudian tadi berapa yang tersedia,” ungkap Gin Gin.
Menurutnya, pemantauan selama ini telah difokuskan di pasar tradisional, tetapi situasi yang semakin dinamis mendorong DKPP memperluas cakupan pengawasan ke luar area pasar. Apalagi tidak sedikit gudang penyimpanan yang beroperasi di luar jalur distribusi formal dan luput dari pengawasan harian.
Enumerator, yang direkrut dari berbagai instansi dan komunitas mitra, berperan sebagai garda terdepan dalam pengumpulan data akurat di lapangan. Setiap hari mereka mengisi laporan terkait harga eceran, fluktuasi permintaan, ketersediaan stok, serta asal usul pasokan beras yang masuk ke pasar.
Data ini kemudian dikonsolidasikan dan dianalisis oleh DKPP dan Dinas Perdagangan dan Industri (Disdagin) untuk mengambil langkah responsif jika ditemukan indikasi masalah.
