JABAR EKSPRES – Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) I Gusti Ketut Astawa optimis RI surplus beras hingga September 2025. Hal itu disampaikan Ketut di Jakarta, Rabu.
Menurutnya, hal itu terlihat dari hasil produksi nasional yang kerap melebihi kebutuhan konsumsi masyarakat, sehingga Proyeksi Neraca Pangan 2025 yang menunjukkan potensi surplus beras 5 juta ton hingga September mendatang.
Berdasarkan data Proyeksi Neraca Pangan yang telah disinergikan dengan Kerangka Sampe Area Badan Pusat Statistik (KSA BPS), ia menyebut bahwa produksi beras diproyeksikan mencapai 28,22 juta ton hingga September 2025.
Baca Juga:Jamin Pasokan Kopdes Merah Putih, Wamenkop Siap Sinergikan BUMN dan SwastaPemerintah Klaim Beras SPHP Stabilkan Harga Pasar, Benarkah?
“Kemudian kebutuhan konsumsi (beras) sampai September (2025) itu 23,21 juta ton. Artinya kalau melihat produksi sampai September dibandingkan dengan kebutuhan, masih ada surplus 5 juta ton,” ujarnya, dikutip Kamis (28/8/2025).
Adapun untuk menjaga stabilitas pangan nasional, Bapanas menyebut pihaknya mengandalkan intervensi perberasan secara konsisten, agar dinamika ketersediaan beras di pasaran terjaga.
Dalam perhitungan pemerintah, ia menyampaikan bahwa proyek statistik produksi beras dalam negeri sepanjang 2025 menunjukkan tren positif. Hal itu yang kemudian menjadi dasar keyakinan pihaknya, bahwa pasokan beras RI dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.
Kendati begitu, ia menyoroti pola penyimpanan petani di berbagai daerah yang membuat sebagian beras tidak langsung masuk ke pasar, melainkan ditahan sebagai cadangan rumah tangga produsen dan konsumen.
“Memang petani kita di beberapa daerah punya pola penyimpanan yang sesuai kearifan lokalnya. Jadi petani itu tidak langsung menjual, ada yang disimpan. Itu tercermin dalam survei kami di 2023 dan 2024 bahwa rumah tangga produsen dan konsumen menyimpan lebih dari 10 persen,” paparnya.
Ia mengatakan berdasarkan hasil Survei Stok Beras dan Jagung Akhir Tahun 2023 (SSBJAT23) memperlihatkan sebaran ketersediaan beras yang berada di berbagai kategori.
Secara spesifik ketersediaan beras nasional kala itu berada di rumah tangga produsen dan konsumen 66,34 persen, Perum Bulog 19,60 persen, pedagang 6,74 persen, horeka dan industri 3,72 persen, penggilingan 3,53 persen, hingga Produsen Usaha/Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (UPB) 0,07 persen.
Baca Juga:Warga Beli Beras SPHP Harus Difoto? Ini Tanggapan Dirut BulogKereta Khusus Petani Segera Launching, Wamen BUMN Sebut Ini Tujuannya!
Dengan kondisi tersebut, Bapanas menegaskan surplus beras nasional relatif sangat bagus hingga September 2025, meski pola penyimpanan lokal perlu diperhitungkan agar distribusi beras ke pasar tetap terjaga lancar.
