Pesan di Balik Bendera One Piece di Indonesia Jelang Perayaan HUT RI ke-80

Pesan di Balik Bendera One Piece
Pesan di Balik Bendera One Piece
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Beberapa hari terakhir, mata kita disuguhi pemandangan yang tidak biasa. Di sudut-sudut kota, di gang-gang sempit, bahkan di tengah riuhnya media sosial, berkibar bendera-bendera hitam bergambar tengkorak dengan topi jerami, Jolly Roger dari One Piece, simbol bajak laut.

Ironis, bukan? Di tengah persiapan menyambut Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, justru ramai dikibarkan simbol perlawanan dan kebebasan yang kerap diidentikkan dengan anarki.

Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini hanya tren sesaat, euforia para penggemar anime yang kebetulan bertepatan dengan momen sakral kemerdekaan? Atau justru ada makna yang lebih dalam, sebuah pesan tersembunyi yang ingin disampaikan oleh mereka yang mengibarkannya? Pertanyaan-pertanyaan ini menggelayuti pikiran, memaksa kita untuk merenung, mencari tahu apa yang sesungguhnya berada di balik fenomena ini.

Baca Juga:Harga Mobil Listrik EV Anjlok Makin Murah, Konsumen Rugi hingga Rp180 Juta5 Aplikasi Edit Foto Terbaik 2025 untuk iOS dan Android, Lengkap dengan Fitur AI

Kita tahu One Piece adalah kisah tentang petualangan, pencarian kebebasan, dan perlawanan terhadap tirani. Monkey D. Luffy, sang kapten, dengan segala idealismenya berjuang menjadi Raja Bajak Laut bukan untuk menindas, melainkan untuk membebaskan. Ia melawan sistem yang korup, menentang kekuasaan yang sewenang-wenang, dan merangkul mereka yang tertindas.

Bendera Jolly Roger bukan sekadar simbol bajak laut, ia adalah lambang identitas, keyakinan, dan mimpi. Simbol dari sekelompok orang yang menolak tunduk pada aturan yang tidak adil.

Maka, ketika bendera itu berkibar di Tanah Air pada tengah hiruk-pikuk persiapan HUT RI ke-80, pertanyaannya: apakah ini sekadar kebetulan atau sebuah sindiran? Apakah ini bentuk kritik yang disampaikan dengan cara unik namun tajam, sebuah pertanyaan simbolis kepada mereka yang duduk di kursi kekuasaan:

Apakah janji-janji kemerdekaan telah terpenuhi?

Apakah kebebasan yang dahulu diperjuangkan sudah benar-benar dirasakan seluruh rakyat?

Delapan puluh tahun telah berlalu. Pertanyaan itu masih relevan.

Delapan puluh tahun bukanlah waktu yang singkat. Sebuah perjalanan panjang yang penuh liku, perjuangan, dan pengorbanan. Bangsa ini telah melewati berbagai fase, masa penjajahan, kemerdekaan, reformasi, hingga masa kini. Berbagai pemimpin silih berganti, beragam kebijakan diterapkan. Namun, pertanyaannya tetap sama:

0 Komentar