JABAR EKSPRES – Setiap pagi, deru mesin truk sayur terdengar di jalur Maribaya-Cicalung, Desa Wangunharja, Kecamatan Lembang. Namun suara itu tak pernah mulus.
Pasalnya, ban kendaraan harus melewati lubang-lubang menganga, bebatuan tajam, dan permukaan jalan yang retak-retak. Di beberapa titik, tanah longsor kecil mempersempit jalur.
Bagi warga Wangunharja, jalan rusak sepanjang 500 meter ini bukan sekadar masalah infrastruktur. Ini adalah nadi kehidupan mereka. Jalan ini menjadi satu-satunya akses vital bagi ratusan petani sayur yang menggantungkan hidup dari hasil panen ke pasar.
Baca Juga:Jalan di Bundaran Jati Cimahi Diperlebar, Habiskan Rp2,2 Miliar dari APBDJalan Panorama dan Maribaya Masih Dilanda Banjir, Warga Kritik Solusi Pemda yang Setengah Hati
Selain itu, jalur ini juga menjadi lintasan alternatif wisatawan menuju kawasan Maribaya dan Lembang, apalagi saat jalur utama sedang diperbaiki.
Sekretaris Panitia Perbaikan Jalan Desa Wangunharja, Widi, masih ingat ketika beberapa bandar sayur sepakat mengeluarkan uang pribadi untuk memperbaiki jalan.
“Kami sudah mengeluarkan biaya tidak kurang dari Rp46 juta untuk penambalan. Masyarakat sangat mendambakan jalan yang layak dilalui,” ujarnya saat dihubungi, Senin (11/8/2025).
Menurutnya, perbaikan itu dilakukan sederhana menggunakan batu koral, pasir, dan semen seadanya. Para petani dan sopir ikut membantu, sebagian membawa alat dari rumah.
Tetapi, karena jalan menanjak dan sering dilalui kendaraan bermuatan berat, hasil perbaikan hanya bertahan sebentar. Musim hujan datang, air menggerus tambalan, lubang kembali menganga.
Diketahui, Jalur Maribaya–Cicalung bukan hanya rusak, tapi juga berbahaya. Tanjakan curam dan tikungan tajam membuat pengendara harus ekstra hati-hati.
Widi menceritakan, sudah beberapa kali kendaraan warga maupun wisatawan mengalami kecelakaan.
Baca Juga:Sempat Dikeluhkan Warga, Jalan Parakan – Patean Mulai DiperbaikiDukung Penuh Perbaikan Jalan, Bupati Bogor Apresiasi Aksi Cepat DPUPR
“Kalau truk penuh muatan sayur berhenti di tengah tanjakan, itu bisa jadi masalah besar. Kadang harus didorong ramai-ramai,” katanya.
Kondisi makin parah ketika ada pengecoran di Desa Langensari dan Cikidang. Arus kendaraan besar dialihkan lewat Wangunharja, menambah beban jalan yang sudah rapuh. Akibatnya, kerusakan dirasakan bukan hanya warga setempat, tapi juga masyarakat Lembang secara umum.
Sejak beberapa bulan lalu, panitia perbaikan jalan kembali dibentuk. Mereka menargetkan Rp56 juta untuk perbaikan tahap berikutnya. Hingga kini, Rp16 juta sudah terkumpul dari sumbangan sukarela para pemilik kendaraan dan warga.
