Kemenhub Dorong Integrasi Transportasi untuk Efisiensi dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional 

Kemenhub Dorong Integrasi Transportasi untuk Efisiensi dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional 
Direktur Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda Kemenhub Risal Wasal. (Foto/ANTARA)
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terus mendorong integrasi sistem transportasi nasional sebagai strategi utama untuk menekan biaya logistik, mengurangi emisi karbon, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Langkah ini digawangi oleh Direktorat Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda (Ditjen Intram), yang menilai bahwa efisiensi transportasi menjadi kunci penting dalam meningkatkan daya saing nasional.

Direktur Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda Kemenhub Risal Wasal, menyebut bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan serius, mulai dari kemacetan kronis hingga tingginya ketergantungan pada transportasi berbasis jalan raya.

Baca Juga:Pajak Kripto Naik, Industri Hadapi Tantangan Baru Meski Potensi Penerimaan Capai Rp600 Miliar per TahunBerkat Bantuan SPAM dari Pemprov Jateng, Warga Desa Talunombo Wonosobo Bebas Kekurangan Air Bersih 

“Indonesia menghadapai berbagai tantangan dalam sektor transportasi, mulai dari kemacetan parah, tingginya biaya logistik, hingga dominasi transportasi berbasis jalan,” ucap Risal dikutip dari ANTARA, Jumat (1/8).

Ia menuturkan solusi atas kondisi itu adalah dengan membangun sistem transportasi yang terintegrasi antarmoda dan antarwilayah.

Risal menambahkan, transportasi bukan sekadar soal infrastruktur, melainkan menyangkut sistem dan pelayanan yang saling terhubung.

Menurutnya, perlu ada perubahan cara pandang bahwa transportasi tidak sekadar membangun jalan atau rel, melainkan memastikan integrasi moda, akses tiket dalam satu sistem, dan perpindahan pengguna antar moda tanpa hambatan.

“Inilah wajah transportasi modern yang sedang kita bangun,” tegasnya.

Tingginya penggunaan kendaraan pribadi yang kini mencapai lebih dari 140 juta sepeda motor dan 20 juta mobil telah menyumbang kemacetan parah dan emisi karbon yang signifikan.

Di kawasan Jabodetabek, emisi dari sektor transportasi mencapai 270 kilogram per hari, atau sekitar 79 persen dari total emisi kawasan.

Baca Juga:Wali Kota Bandung Pastikan Stok Beras Medium Aman, Pantau Langsung Distribusi di Pasar dan RetailDari Nada Jadi Warisan, DPRD KBB Perjuangkan Perlindungan Lagu Karatagan dan Hymne Bandung Barat

Sementara itu, beban logistik Indonesia juga masih tergolong berat, dengan biaya mencapai 14,29 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Angka ini jauh di atas rata-rata negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia dan Vietnam. Skor logistics performance index Indonesia pun masih tertinggal, yakni 3,0, dibandingkan Singapura (4,3), Malaysia (3,6), dan Vietnam (3,3).

Menurut Risal, prioritas integrasi transportasi antarmoda untuk mendukung mobilitas, produktivitas, pemerataan pembangunan, serta meningkatkan efisiensi dan daya saing logistik nasional.

Beberapa contoh keberhasilan integrasi yang telah berjalan antara lain kawasan Transit Oriented Development (TOD) Dukuh Atas dan Stasiun Halim KCJB, yang menghubungkan kereta cepat, LRT, TransJakarta, taksi daring, serta jalur pejalan kaki.

0 Komentar