Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa tidak semua gereja atau umat Kristen di Indonesia timur mendukung Israel secara membabi buta. Ada juga gereja-gereja Katolik dan Protestan arus utama (mainstream) yang bersikap lebih netral, bahkan secara tegas mengecam kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Gaza. Beberapa organisasi masyarakat dan aktivis muda Kristen mulai menyuarakan pentingnya solidaritas terhadap rakyat Palestina, bukan sebagai isu agama, melainkan sebagai bentuk perjuangan atas keadilan universal dan hak asasi manusia.
Mereka menolak membela Israel hanya karena alasan spiritual, dan mulai menimbang konflik ini melalui pendekatan kemanusiaan. Sayangnya, suara-suara ini masih minoritas dan sering kali dicap sebagai liberal, sesat, atau tidak setia terhadap ajaran Alkitab oleh kalangan konservatif.
Terbatasnya Interaksi Antar Golongan
Jika kita melihat lebih dalam, bisa disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat Kristen di Indonesia timur tidak secara sadar memilih untuk mendukung Israel. Mereka tidak membandingkan data, menelaah sejarah secara utuh, atau menimbang antara hak asasi manusia dan aspek teologi. Kurangnya interaksi antar golongan juga menjadi faktor utama penyebab pemahaman yang salah tentang perintah mendukung Israel.
Baca Juga:2 Resep Es Kopi Enak dan Murah Bahan Kurang Dari Rp10.000 Andalan Anak Kos10 Game Android Offline Terbaik 2025, Seru Tanpa Koneksi Internet
Simpati itu ditanamkan secara perlahan, melalui budaya ibadah, simbol, media, dan pengalaman kolektif, bukan dari proses intelektual yang seimbang. Mereka bukan orang jahat, dan tidak pula sepenuhnya salah. Mereka adalah hasil dari lingkungan informasi yang tertutup, warisan kolonialisme, trauma konflik antaragama, jaringan misi global, serta kuatnya pengaruh media Kristen internasional.