JABAR EKSPRES – Punya gaji pas-pasan tapi tetap ingin kaya dan pensiun muda? Kedengarannya mustahil, tapi tidak bagi Timothy Ronald, seorang investor muda dengan gaya pikir anti-mainstream. Ia membagikan cara jadi kaya dengan strategi keuangan ekstrem namun realistis untuk mereka yang hanya mengandalkan gaji UMR tanpa harus kuliah lagi, ikut pelatihan, atau mengembangkan skill, alias tanpa “investasi leher ke atas”.
Dalam sebuah video viralnya, Timothy menerima tantangan unik bagaimana cara jadi orang kaya dengan penghasilan hanya Rp5 juta (gaji UMR DKI Jakarta) dan tidak boleh menambah ilmu apa pun. Hasilnya? Strategi penuh risiko yang tidak biasa, tapi ternyata logis jika dilihat dari sisi keberanian dan tujuan jangka panjang.
Simulasi Anggaran Gaji UMR Ala Timothy Ronald
Timothy menyusun anggaran bulanan secara ketat dan super realistis. Berikut pembagiannya:
Baca Juga:Kulit Cerah dan Glowing dalam 14 Hari? Ini 4 Rekomendasi Moisturizer Pencerah yang Terjangkau dan Terbukti AmpuhIni Cara Baru Dapat Saldo DANA Gratis Rp275.000 Cuma Modal Internet
| Komponen Pengeluaran | Anggaran (Rp) |
| Biaya Kos-Kosan | 1.500.000 |
| Makan Sehari-hari | 1.000.000 |
| Transportasi | 500.000 |
| Internet & Utilitas | 200.000 |
| Sisa untuk Investasi | 1.800.000 |
Sisa uang Rp1,8 juta inilah yang menjadi senjata utama untuk mengejar kebebasan finansial.
Timothy memilih pendekatan “full throttle” alias tancap gas ke dunia investasi. Strateginya cukup ekstrem:
- 50% dari dana investasi ditaruh di Bitcoin. Harapannya, pertumbuhan tahunan bisa menyentuh 30% dengan efek compounding dalam jangka panjang.
- 50% lainnya di saham stabil seperti Bank Mandiri. Fokusnya bukan pada kenaikan harga, tetapi pada pendapatan dari dividen.
Menurut Timothy, “Kalau penghasilan lo stabil, maka investasi lo harus agresif.” Strategi ini ditargetkan bisa menghasilkan portofolio lebih dari Rp400 juta dalam 10–15 tahun—cukup untuk hidup dari hasil investasi saja.
Berbeda dari prinsip keuangan konvensional, Timothy sengaja mengabaikan dana darurat dan asuransi. Bagi dia, waktu dan efek compounding lebih penting. Ia berprinsip, “Kalau gagal, gue masih bisa makan.” Logika ekstrem ini cocok untuk mereka yang siap ambil risiko besar demi hasil besar.
Namun tentu saja, strategi ini hanya cocok untuk orang dengan mental baja, disiplin tinggi, dan ketahanan risiko ekstrem.
Apa yang dilakukan Timothy bukan sekadar simulasi Excel atau angka-angka kosong. Lebih dari itu, ini adalah soal mindset bagaimana menghadapi realitas dengan logika ekstrem namun terstruktur.
