Kasus DBD di Bandung Masih Tinggi, Pemkot Genjot Program Jumantik

Ilustrasi: Petugas melakukan fogging di rumah warga beberapa waktu lalu. Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
Ilustrasi: Petugas melakukan fogging di rumah warga beberapa waktu lalu. Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Bandung tercatat belum mengalami kenaikan signifikan. Namun Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung meminta masyarakat tetap waspada menghadapi potensi penyebaran penyakit tersebut.

Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian, menyebut pada periode Januari hingga Juni 2025 terdapat 1.653 kasus DBD. Angka itu menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 7.680 kasus.

“Karena kasus masih tinggi maka perlu penguatan komitmen pemerintah dan keterlibatan masyarakat agar angka DBD ini tidak terus meningkat,” kata Anhar kepada awak media, Rabu (2/7).

Baca Juga:Usulan KDM Soal Nama RSUD Al Ihsan jadi Welas Asih Tuai Kritik, Tak Prioritas dan Pemborosan Anggaran!Bandung Resmi Punya 2 Klub di Liga 1, Tapi Persib Terusir dari Sidolig!

Dia menekankan pentingnya langkah pencegahan sejak dini dengan perilaku hidup bersih, di antaranya menguras, menutup, dan mendaur ulang atau mengubur (3M).

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, mengakui kondisi sanitasi masyarakat masih kurang baik. Situasi itu memicu potensi berkembangnya nyamuk pembawa virus DBD.

Farhan mengatakan pemerintah daerah tengah berupaya menekan angka jentik nyamuk di permukiman. “Upaya itu telah mencapai 95 persen,” ujarnya.

Pemerintah Kota Bandung juga mendorong setiap rumah memiliki satu juru pemantau jentik (Jumantik) aktif melalui peran lurah, camat, kader Posyandu, dan PKK.

“Kita dorong tiap rumah punya satu Jumantik aktif. Para lurah dan camat harus menggerakkan kader Posyandu dan PKK agar penyuluhan terus berjalan,” ucapnya.

Selain itu, pemerintah kota meluncurkan aplikasi Sempati untuk mempercepat deteksi dan penanganan penyakit menular, termasuk DBD dan tuberkulosis.

Melalui aplikasi ini, pencatatan, pemantauan, dan pelaporan kasus dilakukan secara digital oleh petugas kesehatan bersama unsur kewilayahan.

Baca Juga:Ambisi Inter Miami Perpanjang Kontrak MessiRSUD Cibabat Jadi Sorotan, Audit Besar-Besaran Dimulai!

Aplikasi berbasis web dan Android itu ditujukan untuk pengguna internal, dilengkapi fitur analisis geospasial guna memetakan penyebaran penyakit hingga ke tingkat wilayah terkecil.

Diketahui bahwa dengan sistem digital ini, data dapat tercatat lebih akurat, sehingga kebijakan dan koordinasi antarinstansi berjalan lebih efektif.

Program satu rumah satu Jumantik akan dimulai di Kecamatan Buahbatu, Rancasari, dan Coblong, mencakup 14 kelurahan sebagai tahap awal.

“Melalui program ‘Gerakan Berantas Nyamuk dengan 3M dan M Mengoles’, kami ingin bantu setiap rumah dan komunitas lebih sadar bahaya nyamuk,” kata CEO Enesis Group, Aryo Widiwardhono.

0 Komentar