Tingkatkan Industri Perikanan, KKP Perkuat Investasi Perdagangan dengan China

Ilustrasi industri perikanan. Dok. jabar Ekspres
Ilustrasi industri perikanan. Dok. jabar Ekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Di tengah kisruh tarif resiprokal yang diterapkan oleh Amerika Serikat, Indonesia mulai melakukan upaya peningkatan industri perikanan melalui investasi perdagangan dengan China.

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Tornanda Syaifullah.

“Kami membuka ruang bagi investor untuk berkolaborasi dalam perikanan tangkap, budi daya, pengolahan hasil perikanan, dan penguatan logistik berkelanjutan,” ujarnya, dikutip Senin (21/4/2025).

Baca Juga:Hasil Hitung Cepat, Cecep-Asep Unggul di PSU Kabupaten Tasikmalaya26 Atlet Anggar Kota Bogor Ikuti Kejurda Jawa Barat, Targetkan Bawa Pulang Enam Emas

Forum tersebut bertujuan untuk memperkuat hubungan ekonomi kedua negara dan membuka peluang investasi di sektor strategis, termasuk kelautan dan perikanan, manufaktur, logistik, dan energi terbarukan.

Kemudian, pemerintah berkomitmen untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan kompetitif diwujudkan melalui kemudahan perizinan, insentif, infrastruktur pendukung, dan sumber daya manusia (SDM) yang andal.

Sementara impor hanya 96,7 juta dolar AS sehingga Indonesia mendapat surplus perdagangan produk perikanan sebesar 1,15 miliar dolar AS.

Komoditas ekspor utama Indonesia ke China meliputi cumi-sotong-gurita (32,9 persen), rumput laut (18,6 persen), layur (7,9 persen), udang (7,5 persen), rajungan-kepiting (6,2 persen), dan lobster (3,6 persen).

Sementara impor dari China didominasi pacific mackerel (Scomber japonicus) beku sebesar 52,2 persen, cumi-cumi (terutama jenis Todarodes pasificus dan Dosidigcus gigas) beku sebesar 9,6 persen, dan karaginan (6,0 persen).

0 Komentar