JABAR EKSPRES – Di tengah kisruh tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia, pemerintah mengusulkan penambahan kuota impor minyak dan LPG (Migas) dari AS senilai lebih dari 10 miliar dolar AS atau sekitar Rp168,56 triliun (kurs Rp16.860 per dolar AS).
Hal itu diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Haladalia saat ditemui awak media, setelah pembukaan Global Hydrogen Ecosysyem Summit & Exhibition 2025 di Jakarta.
“Kami dari ESDM mengusulkan agar kita mengimpor sebagian minyak dari Amerika dengan menambah kuota impor LPG yang angkanya kurang lebih di atas 10 miliar dolar AS,” ujarnya dikutip Rabu (16/4/2025).
Baca Juga:TPS Liar Menjamur di Cimahi Usai Lebaran, DLH Gencarkan PembersihanRealisaasi Penghapusan Piutang UMKM Didepan Mata, Tembus Rp15,5 Tiliun!
Untuk itu, ia menyebut bahwa pemerintah tidak berencana untuk melobi Amerika Serikat atas penerapan tersebut. Justru, meningkatkan jumlah impor akan menjadi solusi dalam hal ini.
Terlebih, kata dia, kondisi Indonesia saat ini tidak memungkinkan untuk melobi, di tengah kondisi mineral kritis. Namun ia memastikan bahwa mineral kritis bukan alasan Trump dalam hal ini.
Indonesia terkena tarif resiprokal 32 persen, sementara negara-negara ASEAN lainnya, Filipina 17 persen, Singapura 10 persen, Malaysia 24 persen, Kamboja 49 persen, Thailand 36 persen dan Vietnam 46 persen.
Akan tetapi, pada Rabu (9/4/2025) sore waktu AS, Trump telah mengumumkan penundaan selama 90 hari atas tarif resiprokal ke berbagai negara mitra dagang, namun tetap menaikkan bea masuk kepada China.
