BANDUNG – Sebanyak empat mahasiswa Rekayasa Pertanian Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB berhasil menjadi runner-up dalam kategori Frontier Science and Technology di ajang Global Student Innovation Challenge (GSIC) 2024. Ke empat mahasiswa itu adalah Rosdiana Anjelina, Sakura Laila Santoso, Paloma Matondang, dan Indah Kezia Gultom.
GSIC merupakan wadah yang fokus pada pengembangan keprofesian, karya, dan inovasi mahasiswa ITB. Acara ini berada di bawah naungan Kabinet Keluarga Mahasiswa (KM) ITB dan menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mempresentasikan solusi ilmiah serta teknologi terhadap berbagai tantangan global.
Keberhasilan tim ini diraih berkat penelitian inovatif mereka yang berjudul “Analisis Pengaruh Vermikompos pada Sistem Three Sisters terhadap Dinamika Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) dan Kadar Fosfat Tanah sebagai Penerapan Pertanian Berkelanjutan.
Penelitian ini berfokus pada sistem pertanian Three Sisters, yaitu teknik polikultur tradisional yang mengombinasikan tiga jenis tanaman. Dalam penelitian ini, tanaman yang ditanam adalah jagung, kacang panjang, dan labu.
Ketiga tanaman ini ditanam secara bersamaan karena memiliki hubungan simbiosis yang saling menguntungkan. Inovasi yang dilakukan oleh tim ini adalah dengan menambahkan vermikompos, yaitu pupuk organic berbasis kotoran cacing yang mengandung mikroba bermanfaat, termasuk Bakteri Pelarut Fosfat (BPF).
Penggunaan vermikompos dalam sistem ini bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah secara alami, mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia, sehingga dapat menciptakan metode pertanian yang lebih ramah lingkungan.
“Penelitian kami memberikan gambaran awal mengenai penerapan pertanian berkelanjutan yang dapat memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan hasil panen, serta meningkatkan biodiversitas. Selain itu, penelitian kami membuktikan adanya potensi bakteri pelarut fosfat dalam menyediakan fosfat secara berkelanjutan untuk tanaman yang berujung pada peningkatan hasil panen,” ujar salah seorang runner-up Mahasiswa SITH ITB, Sakura, melalui keterangan tertulisnya.
Penelitian ini berlangsung selama empat bulan, yaitu dari Oktober 2024 hingga Februari 2025, di ITB Jatinangor. Dalam penelitian ini, tim melakukan serangkaian eksperimen untuk mengamati dinamika jumlah BPF dan kadar fosfat dalam tanah selama siklus pertumbuhan tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi bakteri BPF meningkat pesat pada tahap awal pertumbuhan tanaman dan mencapai jumlah tertinggi saat tanaman memasuki fase perkembangan. Setelah melewati fase tersebut, jumlah BPF berkurang, kemungkinan akibat meningkatnya penyerapan fosfat oleh tanaman serta perubahan kondisi tanah.