JABAR EKSRES – Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, memastikan bahwa penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak terkait dengan spekulasi mundurnya Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dari Kabinet Merah Putih.
Dasco menegaskan bahwa Sri Mulyani tidak akan mundur dan meneguhkan kekuatan fiskal Indonesia.
“Sri Mulyani tidak akan mundur. Fisikal kita kuat,” ujar Dasco dalam konferensi pers di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta baru-baru ini.
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan untuk menghentikan sementara perdagangan saham atau melakukan trading halt mulai pukul 11:19:31 WIB, setelah IHSG turun lebih dari 5%.
Keputusan tersebut mengacu pada ketentuan yang berlaku, di mana perdagangan kembali dilanjutkan pada pukul 11:49:31 WIB tanpa perubahan jadwal. Pembekuan perdagangan ini berlangsung selama 30 menit.
BACA JUGA: 25 Perusahaan Skala Besar Siap IPO di Bursa Efek Indonesia, Penuhi Syarat POJK
Berdasarkan laporan BEI, pada sesi pertama perdagangan, hanya 64 saham yang mencatatkan kenaikan, sementara mayoritas saham lainnya mengalami penurunan atau stagnasi.
Pada sesi pertama, IHSG turun 395,87 poin atau 6,12% ke posisi 6.076,08. Sedangkan, indeks saham unggulan LQ45 juga turun 38,27 poin atau 5,25% ke posisi 691,08. Sementara itu, indeks LQ45 sempat mengalami kenaikan tipis 0,09% pada awal perdagangan.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, mengungkapkan bahwa pihaknya tengah mempersiapkan kebijakan untuk menjaga stabilitas pasar saham.
“Kami tengah menyiapkan beberapa kebijakan yang akan segera diumumkan. Insya Allah, besok kami akan memaparkan langkah-langkah yang akan diambil dalam konferensi pers,” ujar Inarno.
BACA JUGA: Cara Pinjam Saldo Dana Tanpa Dana Cicil Resmi OJK Langsung Cair ke Akun
Ia juga menyampaikan bahwa OJK dan BEI telah merumuskan kebijakan untuk mengatasi volatilitas pasar saham, termasuk penundaan implementasi short selling.
Kebijakan tersebut diambil setelah adanya dialog dengan pelaku pasar dan mempertimbangkan kondisi IHSG yang terus tertekan. Kebijakan lain yang sedang dipertimbangkan adalah buyback saham tanpa harus melalui rapat umum pemegang saham (RUPS).
Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat meredam gejolak pasar dan memberikan rasa aman bagi investor di tengah ketidakpastian ekonomi global.