Dari Paciwit-Ciwit Lutung hingga Enggrang, SDN Cibabat Mandiri 2 Ajarkan Permainan Tradisional pada Siswa

JABAR EKSPRES – Di tengah gempuran budaya modern dan digitalisasi, SDN Cibabat Mandiri 2 memiliki cara unik untuk melestarikan budaya lokal. Melalui Kurikulum Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema Kearifan Lokal, sekolah ini memperkenalkan beragam permainan tradisional khas Sunda kepada para siswa.

Bidang Kurikulum SDN Cibabat Mandiri 2, Dedi Suhendi, menjelaskan kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan budaya asli Sunda kepada anak-anak, khususnya permainan tradisional yang mulai terlupakan.

“Jadi pertama anak-anak dikenalkan dahulu apa itu permainan tradisional di daerah Jawa Barat, dan apa itu egrang, seperti itu,” kata Dedi saat ditemui di sekolah, Jumat (14/3/2025).

Beberapa permainan yang diperkenalkan di antaranya adalah egrang, gatrik, dagongan, kakawihan, serta olahraga tradisional lainnya.

BACA JUGA:SDN Cibabat Mandiri 1 Cimahi Batal Gelar Perpisahan di Luar Sekolah

Menurut Dedi, pengenalan dilakukan secara bertahap, dimulai dengan penjelasan mengenai jenis-jenis permainan, kemudian dilanjutkan dengan praktik pembuatan dan permainan di pertemuan berikutnya.

“Untuk P5 di semester ini, temanya tentang kearifan lokal yang berkaitan dengan pengenalan permainan tradisional. Ini dilakukan mulai dari kelas 1, 2, 4, dan 5,” jelas Dedi.

Meski kegiatan P5 hanya dilaksanakan di kelas-kelas tersebut, pihak sekolah juga melibatkan siswa kelas 3 dan 6 agar mereka turut mengenal program ini.

“Untuk pelaksanaannya, kita ikutkan juga kelas 3 dan 6 agar mereka mengenal program P5,” ujarnya.

Sementara itu, Bidang Kurikulum lainnya, Dewi Komariah, menambahkan kegiatan ini dilakukan dengan pendekatan praktik. Untuk siswa kelas 1 dan 2, permainan tradisional dilakukan di dalam kelas, sementara siswa kelas 4 dan 5 mempraktikkan olahraga tradisional di lapangan bersama guru.

“Guru-guru juga turut turun langsung untuk mendemonstrasikan permainan. Untuk peralatan, kami manfaatkan yang ada di sekolah. Memang ada beberapa alat yang harus disesuaikan, misalnya untuk egrang, kami potong sesuai dengan tinggi anak-anak,” jelas Dewi.

Dewi juga mengungkapkan, inisiatif ini berangkat dari adanya lomba olahraga tradisional di Cimahi. Selain melestarikan budaya, kegiatan ini juga bertujuan untuk menjaring bibit-bibit atlet potensial dari kalangan siswa.

“Tadinya gagasan sekolah mengambil tema kearifan lokal karena di Cimahi ada lomba olahraga tradisional. Jadi, dari pihak sekolah bisa lebih siap untuk mencari bibit atlet,” terangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan