JABAR EKSPRES — Di bawah langit pagi yang cerah, Situs Sanghyang Cipta Bojong Galuh Salawe di Kecamatan Cimaragas, Ciamis, dipenuhi gemuruh doa dan gemerisik daun yang tertiup angin. Situs bersejarah ini menjadi saksi mata rangkaian tradisi adat ‘Misalin’, tradisi turun-temurun masyarakat setempat untuk menyambut bulan suci Ramadan.
Tak hanya dihadiri warga, acara yang digelar dalam rangkaian ‘Mapag Ramadan’ ini juga dihadiri Sekretaris Dinas, Kepala Bidang Kebudayaan Kabupaten Ciamis, serta sejumlah pejabat, yang turut merangkul kearifan lokal dalam balutan kesederhanaan.
Acara dimulai dengan ziarah ke makam Prabu Sang Hyang Cipta Permana, leluhur yang diyakini sebagai penjaga spiritual wilayah Galuh. Puluhan warga berbaris khidmat, membersihkan nisan dan memanjatkan doa bersama untuk memasuki bulan penuh berkah. Usai ziarah, suasana berubah meriah dengan pagelaran seni tradisional tarian topeng, gembyung, dan tembang Sunda mengalun, mengiringi prosesi simbolis pergantian pakaian adat kesepuhan oleh sesepuh setempat, Abah Latif.
BACA JUGA:Warga Padalarang Bandung Barat Gelar Papajar, Tradisi Sambut Bulan Suci Ramadan
“Misalin artinya pergantian. Dari pakaian lama ke baru, dari perilaku buruk ke baik. Ini simbol pembaruan lahir dan batin,” ujar Sekretaris Dinas Kebudayaan Ciamis, R. Ega Anggara Al Kautsar baru-baru ini.
Menurutnya, tradisi ini bukan sekadar seremoni, tapi ‘jalan panjang’ untuk menyucikan diri. Sebelum puncak acara, malam sebelumnya warga sudah menggelar ‘ngadamar’, mengarak obor dari bambu keliling kampung, sebagai seruan bahwa Ramadan telah di depan mata.
Tak kalah penting, tradisi ‘kuramasan’ atau mencuci kepala anak-anak dengan air bunga menjadi malam yang mengharukan. Puluhan anak duduk berjajar, kepalanya dibasuh oleh para sesepuh. “Ini simbol kebersihan jiwa sebelum masuk bulan ibadah. Mereka adalah generasi yang akan melanjutkan tradisi ini,” tambah Ega. Tradisi ini, seperti benang merah, menghubungkan masa lalu dan masa depan.
BACA JUGA:Tradisi-tradisi Menjelang Ramadhan, Benarkah Tidak Ada Tuntunannya Dalam Islam?
Bagi Ciamis, ‘Misalin’ bukan sekadar ritual tahunan. Ia adalah cermin identitas, bukti bahwa budaya lokal bisa hidup berdampingan dengan zaman. “Kita harus jaga warisan ini agar tak lekang. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi seluruh masyarakat,” tegas Ega.