JABAR EKSPRES – Langit Ciamis pagi itu terasa berat bagi Dodi Ramdani. Tangis ibu-ibu warga Sukamulya mengiringi langkahnya meninggalkan balai desa. “Ditinggal suami tak separah ini, Pak,” ujar seorang warga, menggenggam tangannya erat.
Dodi, yang kala itu masih menjabat kepala desa, hanya mengangguk, menahan haru. Dua bulan kemudian, pria 45 tahun ini resmi melepas jabatannya dan terbang ke Jepang. Kini, ia kembali ke kampung halaman, bukan untuk memimpin, tapi memulihkan tangan yang melepuh akibat dinginnya negeri Sakura.
Pengunduran diri Dodi sebagai Kepala Desa Sukamulya pada November 2024 sempat memantik tanya. Sebagian warga menduga ada konflik terselubung. Namun, pria yang pernah bekerja di pabrik Yamaha Jepang tahun 2007-2012 ini membantah.
“Semua prosedur saya tempuh, dari musyawarah dengan BPD, koordinasi ke kecamatan, hingga surat resmi ke DPMD. Tak ada masalah hukum,” tegasnya, Minggu (16/2/2025).
Keputusan itu, menurutnya, matang sejak 2023, saat mantan bosnya di Jepang berkunjung ke Sukamulya dan menawarinya kembali bekerja di bidang pengelasan kapal. “Saya bilang, Tunggu tahun 2024. Saya ingin tuntas satu periode dulu,” kisah Dodi.
BACA JUGA: Wartawan Gadungan Palsukan Identitas Kemendes, Janji Bawa Program MBG di Purwadadi Ciamis
Saat itu, tokoh desa sempat menolak permintaannya mengundurkan diri setahun lebih cepat.
Dodi seperti terbelah: jiwa pengabdi masyarakat versus hasrat mengais rezeki di negeri orang. Sebelum jadi kepala desa, ia adalah TKI teladan yang berhasil membawa pulang mobil pick-up untuk keperluan warga. “Saya pernah bilang, Kalau sukses di Jepang, saya akan bagi ke desa. Alhamdulillah tercapai,” ujarnya.
Kepemimpinannya dimulai tahun 2019, saat ia terpilih dengan 80% suara. Selama empat tahun, ia membenahi infrastruktur desa. Tapi hati kecilnya terus terpanggil pada pekerjaan di Jepang yang menjanjikan penghasilan lebih besar. “Usia tak muda lagi. Ini kesempatan terakhir,” alasan Dodi.
Sejak November 2024, Dodi resmi menjadi pekerja di prefektur Okayama. Namun, mimpi itu tak semanis bayangan. Suhu minus 10 derajat menggigit tangan yang harus bekerja 10 jam sehari. “Tangan saya kebas dan melepuh. Dokter di Jepang menyarankan istirahat panjang,” ceritanya.