JABAR EKSPRES – Ramdani (28), seorang pedagang warung kelontong di Bandung, mengeluhkan dampak regulasi sebelumnya yang melarang pengecer menjual LPG 3 Kg subsidi. Ia merasa kebijakan itu menyulitkan dirinya dan pelanggan.
“Jangankan buat jualan, buat masak juga enggak ada. Dua hari tidak ada kiriman gas elpiji ke warung,” ujarnya saat ditemui Jabar Ekspres di kediamannya, Rabu (5/2).
Menurutnya, pasokan gas menjadi tidak menentu sejak aturan pelarangan diberlakukan. Ramdani biasa menjual elpiji tiga kilogram dengan harga Rp21.000 per tabung, sementara ia membelinya dari agen seharga Rp19.000.
Baca Juga:Akhirnya! 3 Layanan Kereta Api Jarak Jauh Berhenti di Stasiun Padalarang, Apa Aja?Dewan Dukung Penuh Kebun Binatang Bandung Dikelola Pihak Ketiga, Ini Alasannya!
Sebelum larangan itu berlaku, ia menyimpan 11 tabung di warungnya. Kini, stoknya kosong. “Bahkan saya harus jalan 500 meter buat beli gas elpiji, itu buat keperluan sendiri. Kalau untuk jualan, biasanya sih terima dari agen,” katanya.
Diketahui, Presiden terpilih Prabowo Subianto menyoroti kebijakan distribusi gas elpiji dan kini pengecer kembali diperbolehkan menjualnya, meski dengan beberapa syarat.
Langkah ini disambut baik oleh Ramdani. Ia berharap distribusi gas bisa kembali lancar seperti dulu. “Senang, keduanya (masyarakat dan pengecer) jangan dibikin ribet dan jangan merugikan. Udah mah beli, ribet. Kalau gratis ribet baru enggak apa-apa,” ucapnya dengan nada bercanda.
Namun, ia tetap berharap aturan ini tidak berubah-ubah agar pedagang kecil tidak terus dirugikan. “Boro-boro jang jualeun, jang dipake sorangan ge hese (Boro-boro jualan, buat kebutuhan sendiri aja susah),” keluhnya.
