Pengelola Tak Bisa Diandalkan, Paguyuban Pasar Induk Gedebage Babak Belur Tangani Sampah

JABAR EKSPRES – Ketua Paguyuban Pasar Induk Gedebage, Agus, mengungkapkan bahwa pihaknya kewalahan menangani tumpukan sampah di pasar.

Upaya swadaya yang dilakukan paguyuban selama ini dinilai tidak cukup untuk mengatasi timbulan sampah harian yang mencapai 15 kubik.

“Setiap hari kami mengangkut 20 kubik sampah dari lapak pedagang. Namun, hanya 4 kubik yang berhasil diolah menggunakan mesin gibrik. Sisanya menumpuk hingga menjadi masalah besar,” ujar Agus kepada Jabar Ekspres, Kamis (2/1).

BACA JUGA: Krisis Sampah Pasar Induk Gedebage, Pengelola Dinilai Abai

Paguyuban bergantung pada pemasukan dari jasa pengelolaan sampah yang dikenakan kepada pedagang.

Namun, pendapatan tersebut tidak mencukupi untuk menutupi biaya operasional.

“Kami dapat sekitar Rp80 juta per bulan. Itu hanya cukup untuk menggaji 30 pekerja dan perawatan mesin,” jelasnya.

BACA JUGA: Janji Selesai Akhir 2024, Proses Perampungan Revitalisasi Pasar Cihaurgeulis Masih Berkutat di Ranah Peradilan

Dengan biaya pengangkutan sampah ke DLH mencapai Rp158 ribu per kubik, paguyuban harus membayar Rp71 juta per bulan untuk 450 kubik sampah yang tidak terolah.

“Akhirnya kami nombok. Kalau tidak tercapai, sampah tidak diangkut. Kami sudah babak belur,” tegas Agus.

Menurut Agus, jika tidak ada tindakan nyata dari pengelola maupun pemerintah, masalah ini hanya akan terus memburuk.

BACA JUGA: Berbulan-bulan Tidak Diangkut, Sampah Menggunung di TPS Pasar Induk Gedebage

Ia berharap ada solusi jangka panjang yang melibatkan semua pihak untuk menangani krisis sampah di Pasar Induk Gedebage.

Agus juga menyoroti ketidakhadiran pengelola dalam pengelolaan sampah.

“Pengelola tidak punya PKS dengan DLH. Sementara kami yang harus menanggung semuanya,” pungkasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan