Rela Jadi “Valak” Demi Meriahkan Malam Pergantian Tahun

Malam Pergantian Tahun Menuju 2025, Warga Bandung Padati Jalan Asia-Afrika untuk Menyaksikan Kembang Api

Malam pergantian tahun menuju 2025 kini tinggal menghitung waktu. Masyarakat, khususnya di Kota Bandung, mulai berhamburan ke luar rumah menuju pusat keramaian untuk menyaksikan kembang api yang selalu menghiasi langit tepat pada pukul 00.00 WIB.

Sandi Nugraha, Kota Bandung, Jabar Ekspres

Seperti yang terlihat di Jalan Asia-Afrika, Kota Bandung, pada pukul 22.00 WIB, masyarakat mulai disibukkan dengan berbagai aktivitas. Mulai dari berjalan kaki menyusuri keramaian hingga berinteraksi dengan para cosplayer, warga mulai memadati setiap sudut Jalan Asia-Afrika.

Muhammad Syarifuddin, yang akrab disapa Stipen, seorang warga Jalan BKR, Kecamatan Regol, Kota Bandung, terlihat bercosplay menjadi “Valak,” tokoh hantu dari film The Conjuring 2 yang dirilis pada tahun 2016.

Stipen mengungkapkan bahwa ia rela tampil menyeramkan dengan kostum serba hitam hanya untuk memeriahkan malam pergantian tahun.

“Kalau cosplay jadi ‘Valak’ sudah 4 bulan, sebelumnya saya pernah jadi robot, boneka, atau karakter anime,” ujar Stipen kepada Jabar Ekspres pada Selasa (31/12) malam.

Ia menambahkan, kostum ini sengaja dibuat olehnya. Selain untuk merayakan pergantian tahun, jubah hitam yang dikenakan Stipen juga sering digunakan untuk mencari mata pencaharian sehari-hari.

“Awalnya tahu dari adik yang menawarkan jadi cosplayer seperti ini. Dulu saya nggak pernah mau karena takut, tapi setelah coba-coba, ternyata nyaman juga,” ungkapnya.

Stipen mengungkapkan bahwa pada momentum libur panjang seperti malam pergantian tahun ini, pendapatannya cukup lumayan.

“Paling besar bisa mencapai dua ribu (Rp2 juta). Kalau weekend biasa, seperti Sabtu-Minggu, juga cukup lumayan. Tapi kalau hari biasa, ya cuma cukup buat makan saja,” katanya.

Ia berharap di masa depan, khususnya saat pergantian tahun, cosplayer seperti dirinya di Jalan Asia-Afrika bisa lebih dihargai dan sejahtera.

“Karena suka duka menjadi cosplayer, sering kali ada aturan yang membatasi, seperti larangan beraktivitas di sini atau di sana. Namun, sisi positifnya adalah bisa menghibur masyarakat, khususnya anak-anak. Saya berharap, di tahun depan (2025), para cosplayer di sini, terutama yang ada di Asia-Afrika, bisa lebih diperhatikan dan sejahtera,” pungkasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan