Sebagai tanggapan terhadap aksi tersebut, Perumda Pasar menggelar audiensi dengan massa aksi. Namun, meski tuntutan dari pedagang dan warga sudah jelas, hasil dari audiensi tersebut dinilai belum memuaskan. Massa aksi merasa pihak Perumda belum memberikan solusi konkret untuk menangani masalah kebersihan yang sudah bertahan lama di Pasar Induk Gedebage.
Sampah yang terus menumpuk, serta banjir yang melanda kawasan tersebut, menjadi sorotan utama dalam audiensi itu. Pedagang yang sudah lama mengeluhkan kondisi pasar yang tidak layak ini berharap agar ada perbaikan yang signifikan dari pengelola pasar, terutama dalam hal pengelolaan sampah dan penanganan banjir yang semakin meresahkan.
Lonjakan Sampah: Masalah yang Kian Memburuk
Kondisi pengelolaan sampah yang buruk di Pasar Induk Gedebage tidak hanya mencerminkan kelalaian pengelola pasar, tetapi juga menjadi potret dari masalah sampah yang lebih besar di Kota Bandung. Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung dan Open Data Bandung, volume sampah yang dihasilkan oleh Kota Bandung terus mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
BACA JUGA:Disway Awards 2024: Jabar Ekspres Raih Penghargaan Media Cetak Terbaik
Pada tahun 2017, volume sampah yang dihasilkan Kota Bandung tercatat sebesar 28.695,81 ton pada bulan Januari dan meningkat menjadi 37.410,27 ton pada Desember. Tren ini terus meningkat hingga tahun 2019, dengan angka tertinggi mencapai 42.840,95 ton pada Desember. Meskipun ada penurunan pada tahun 2020 akibat pandemi COVID-19, angka sampah Kota Bandung kembali menunjukkan peningkatan pada tahun 2021 dan 2022. Pada tahun 2023, volume sampah mencapai 30.854,32 ton pada Desember, dan data sementara tahun 2024 juga menunjukkan penurunan volume sampah, meskipun masih mencatatkan angka yang signifikan.
Masalah sampah di Pasar Gedebage mencerminkan gambaran yang lebih besar tentang pengelolaan sampah di Kota Bandung. Dengan volume sampah yang mencapai 98 meter kubik per hari, Pasar Induk Gedebage menjadi salah satu titik rawan yang memerlukan perhatian lebih dari pemerintah. Namun, meskipun ada upaya yang dilakukan oleh Perumda Pasar dan PT Ginanjar, masalah sampah di kawasan ini tetap belum teratasi dengan optimal.