JABAR EKSPRES – Bupati Bandung, Dadang Supriatna mengatakan hujan deras yang melanda sejak Kamis (21/11) membuat delapan Kecamatan di Kabupaten Bandung terendam.
Delapan kecamatan yang terkena dampak banjir, diantaranya Kecamatan Solokanjeruk, Banjaran hingga Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah dan Bojongsoang yang rutin terendam banjir akibat meluapnya Sungai Citarum.
Khusus untuk daerah Dayeuhkolot, Dadang menyebutkan, jika pihaknya akan membangun kembali 8 polder air yang saat ini baru tiga polder.
BACA JUGA: Masa Tenang Pilkada, Pj Wali Kota Bogor Titipkan Pesan Ini
“Berdasarkan kajian ini harus ada delapan polder dan baru selesai tiga polder. Maka saya akan rapat koordinasi dengan BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Citarum, karena kalau terus-terusan seperti ini (banjir) juga tidak bagus juga,” katanya, Senin (25/11).
Oleh karenanya Dadang menambahkan 5 polder tersebut harus segera dibuatkan agar bisa menanggulangi banjir yang kerap terjadi di wilayah Dayeuhkolot ini.
“Saya akan mendesak untuk lima polder ini dibuatkan segera. Nah bagaimana kalau nanti ada sharing atau seperti apa, nanti kita bicarakan,” tuturnya.
BACA JUGA: Yana D Putra Meninggal Dunia, KPU Jabar Lakukan Proses Pergantian untuk Calon Wakil Bupati Ciamis
Dadang pun menyebutkan bahwa untuk membantu warga yang terdampak banjir, Pemkab Bandung sudah menyalurkan bantuan berupa makanan siap saji dan sebagainya untuk warga yang terdampak banjir.
“Pemkab Bandung sudah memberikan bantuan makanan kepada warga yang saat ini kena dampak banjir. Dan tentu pada hari ini juga kita akan melakukan rapat koordinasi dengan BBWS Citarum membahas secara keseluruhan. Bukan hanya daerah Dayeuhkolot saja, tetapi beberapa lokasi yang terkena bencana banjir juga,” ujarnya.
Sebelumnya, Banjir yang melanda Kampung Bojong Asih, Desa Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, sejak Kamis (21/11/2024) terus memburuk.
Hingga Sabtu (23/11/2024), ketinggian air mencapai 150-200 cm, merendam seluruh wilayah dari RW 1 hingga RW 14, dan memaksa warga berjuang dengan segala cara untuk bertahan.
Beberapa warga bahkan terpaksa menggunakan perahu untuk bisa beraktivitas dan mengakses titik pengungsian.