JABAR EKSPRES – Debat publik pamungkas Pilwalkot Bandung menghangat. Sejumlah pasangan calon (paslon) nampak saling serang.
Senggolan itu misalnya terjadi antara Pasangan Haru Suandharu – R Dhani Wirianata dan Muhammad Farhan – Erwin. Dalam suatu sesi, Haru berkesempatan melontarkan pertanyaan ke 3 paslon lain. Ia menanyakan terkait upaya membangun Bandung Kota Kreatif.
Kemudian paslon lain berkesempatan menjawab pertanyaan itu. Saat merespon ulang, Haru mengungkapkan bahwa jawaban dari paslon Farhan Erwin tidak nyambung. “Kang Farhan, gak nyambung pengembangan orang kreatif dengan bangun sekolah,” katanya.
BACA JUGA: Kolaborasi dengan Swasta, Strategi Haru Dhani Bangun Pemerataan Sekolah di Bandung
Sengolan berikutnya terjadi saat paslon Farhan-Erwin berkesempatan melontarkan pertanyaan ke paslon lain. Kala itu, Erwin bertanya mengenai skema UHC.
Seperti skema yang ada, para paslonpun menjawab pertanyaan itu. Lalu di sesi merespon jawaban, Erwin melontarkan serangan kepada semua paslon. “Kelihatannya semua paslon belum menguasai apa itu UHC,” ucapnya.
Erwin kemudian menjabarkan proses UHC kalau belum sakit parah prosesnya ke puskesmas dulu, baru masuk dinkes untuk validasi. Kalau sudah mau ‘paeh,’ bisa langsung masuk IGD rumah sakit dengan menunjukkan KTP. Tapi dengan prosesnya melalui SKTM kelurahan dilengkapi kartu keluarga,” cetusnya.
BACA JUGA: Lumayan Saldo Rp186.000 Perhari ke DANA, Cobain Aplikasinya!
Erwin turut terprovokasi menggunakan kata “paeh”. Kata yang memiliki makna mati tapi penggunaanya lebih diperuntukkan bagi hewan. Hal itupun langsung direspon pasangannya. “Mohon maaf, wakil saya terprovokasi sehingga ada kata kasar yang seharusnya tidak diucapkan untuk manusia,” kata Farhan.
Senggolan belum berhenti. Di sesi berikutnya, Cawalkot nomor urut 4 Arfi Rafnialdi turut mencolek kubu Haru-Dhani saat berkesempatan melempar pertannyan. Ia menyinggung wali kota hasil pemilu sebelumnya (Mang Oded.red) yang dinilai pemimpin yang tidak hadir di masyarakat.
Arfi menanyakan mengenai strategi mendukung komunitas seni dan budaya berkembang. “Meminjam istilah Kang Haru. Ada kemungkinan pemerintah tidak hadir. Mungkin saja pemilu yang lalu menghadirkan pemimpin yang tidak mampu hadir di masyarakat,” cetusnya.