JABAREKSPRES – Calon wali Kota Bandung, Muhammad Farhan bersama calon wakinya Erwin mengajak kepada generasi muda berpikir kritis dan berani dalam mengeluarkan pendapat.
Farhan bersama Erwin bertemu langsung dengan genarasi muda Kota Bandung dalam kegiatan KUUKIR (kukulutus bari mikir).
Pada kesempatan tersebut, M Farhan dan Erwin memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk menyampaikan unek-unek atau masukan mengenai setiap permasalahan yang ada di Kota Bandung.
Farhan mengatakan, kegiatan ini adalah KUUKIR edisi perdana. Diharapkan akan menghasilkan berbagai pemikiran dan keinginan dari generasi muda untuk kembali mewujudkan Bandung sebagai Kota Kreatif.
Dalam kegiatan KUUKIR tersebut, salah seorang peserta, Uyul mengakui saat ini ruang kreativitas anak muda bandung sudah hilang.
Menurutnya, pada era 1990an terkenal melahirkan berbagai kegiatan seperti festival musik indie hingga pakaian. Namun karena ruang kreativitas itu sudah tidak ada akhirnya hilang begitu saja.
“Dulu kan di gor Saparua terkenal dengan kegiatan konser musik indie dan menjadi pelopor lahirnya clothing brand lokal,’’ ujar Uyul.
Kreativitas tersebut berjalan independent tanpa ada perhatian dari pemerintah dan masih tetap eksis. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman ruang itu sudah hilang.
Untuk itu, Uyul menaruh harapan agar ke depan rung ini bisa kembali ada. Sebab saat ini tempat-tempat konser band-band indie sudah tidak ada karena ketatnya masalah perizinan.
Selain itu, Uji, pemilik galeri seni lukis di kawasan Jalan Braga mengeluhkan kondisi kemacetan di Kota Bandung semakin parah. Khususnya di akhir pekan.
Meski begitu, dia bersyukur bahwa kemacetan ini karena banyaknya kunjungan wisatawan yang datang ke Kota Bandung.
Peserta lainnya, Bimo Nugroho, menginginkan agar generasi muda di Kota Bandung diberikan ruang untuk bisa menggelar berbagai kegiatan khususnya seperti pameran dan festival musik.
Menurut Bimo, Kota Bandung saat ini belum memiliki tempat penyelenggaraan acara representatif untuk konser musik skala besar seperti di Gelora Bung Karno.
“Kami itu ini setiap mau bikin acara di Bandung suka kebingungan, tempatnya di mana?” kata dia.