BANDUNG – Menteri Sosial (Mensos) Syaifullah Yusuf mengatakan bahwa dalam konteks penanganan masalah kesejahteraan sosial dalam mencapai impian Indonesia Emas 2045, tentunya memiliki tantangan yang sangat berat yang memerlukan kontribusi dan keahlian seluruh stakeholders.
Dalam mencapai impian Indonesia Emas 2045, lanjut dia, spektrum permasalahan kesejahteraan sosial pada masa kini dan masa yang akan datang akan cenderung terus meluas dan menjangkau berbagai segmen dalam masyarakat, baik di tingkat lokal, regional, maupun nasional.
“Kompleksitas permasalahan tersebut tentunya menuntut penanganan yang komprehensif dan profesional. Kondisi ini tentunya harus menjadi perhatian kita semua, khususnya pilar-pilar pekerjaan sosial,” kata Syaifullah dalam sambutannya pada acara wisuda Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos Bandung) di Sabuga, Kota Bandung, Rabu 25 September 2024.
Dia menjelaskan, sebagian besar masalah kesejahteraan sosial berasal dari sistem dan respons keluarga terhadap kebijakan ekonomi, tetapi keluarga juga merupakan sumber daya dan jaring pengaman sosial untuk mengatasi masalah kesejahteraan sosial.
“Masalah kemiskinan absolut harus dientaskan karena menimbulkan penderitaan bagi manusia. Pada pihak lain, masalah kemiskinan ini seringkali menjadi penyebab timbulnya berbagai permasalahan kesejahteraan sosial lainnya,” jelasnya.
Tak hanya itu, letak geografi dan kondisi geologi menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat berpotensi sekaligus rawan bencana alam, seperti; gempa bumi, tsunami, banjir juga menjadi masalah dalam kesejahteraan sosial.
Syaifullah mengungkapkan bahwa masalah kesejahteraan sosial lain yang masih harus mendapat perhatian dalam praktik pekerjaan sosial adalah masalah kemiskinan Komunitas Adat Terpencil atau KAT.
“Selain masalah KAT, permasalahan kesejahteraan sosial yang masih menjadi perhatian praktik pekerjaan sosial pada masa yang datang adalah masalah pekerja migran,” ungkapnya.
Sementara itu, Plh Asesten Daerah (Asda) 2 Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dodo Sehendar menyampaikan bahwa saat ini sedang menghadapi era distrupsi 4.0 yang mana hanpir 75 persen kerja konvensional akan digantikan oleh mesin.
Oleh karena itu, dia meminta lulusan Politeksos Bandung untuk bersiap dalam menghadapi perkembangan teknologi.
“Pekerjaan akan dikerjakan oleh mesin dan kecerdasan buatan (AI). Harus memiliki keterampilan teknologi yang lebih mendalam agar bisa bersaing di dunia global,” ucap Dodo.