JABAR EKSPRES – Saat ini, banyak beredar aplikasi atau website yang mengklaim menawarkan peluang investasi menguntungkan, salah satunya adalah Quantum Drift Mining. Meski terlihat menarik, namun ada banyak hal yang perlu diperhatikan, terutama indikasi skema Ponzi dalam praktiknya.
Quantum Drift Mining menjadi salah satu topik hangat di berbagai grup online, terutama di media sosial seperti Facebook. Aplikasi ini menawarkan konsep sewa perangkat penambangan Bitcoin dengan iming-iming keuntungan yang stabil.
Misalnya, pengguna bisa menyewa mesin penambangan Bitcoin dengan modal Rp100.000 dan mendapatkan keuntungan harian sebesar Rp8.000 selama 40 hari. Dengan hitungan sederhana, total keuntungan yang bisa didapat mencapai Rp320.000. Namun, janji-janji semacam ini seharusnya langsung menjadi tanda bahaya.
Baca juga : Cek Fakta Legalitas NPWP dan NIB Aplikasi SAI AI, Sudah Aman dari OJK? atau Penipuan?
Ada beberapa ciri khas skema Ponzi yang terlihat jelas dalam Quantum Drift Mining, di antaranya:
- Bonus dan Komisi yang Tidak Masuk Akal: Selain keuntungan dari sewa mesin, pengguna juga dijanjikan bonus isi ulang, gajian mingguan, komisi tim, dan bonus undangan grup WhatsApp. Ciri seperti ini sering muncul di skema Ponzi, di mana anggota baru dibujuk untuk bergabung dengan bonus-bonus yang tampak menarik.
- Keuntungan yang Pasti: Dalam dunia investasi, keuntungan tidak pernah bisa dijamin secara pasti. Naik turunnya harga Bitcoin seharusnya membuat penghasilan dari penambangan bersifat fluktuatif. Namun, Quantum Drift Mining menawarkan keuntungan tetap, yang justru merupakan indikasi kuat bahwa ini adalah skema penipuan.
- Spesifikasi Mesin yang Tidak Jelas: Aplikasi ini menawarkan penyewaan mesin penambangan Bitcoin dengan foto-foto peralatan canggih, namun spesifikasi dan asal-usul alat tersebut tidak jelas. Seringkali, gambar-gambar ini hanya diambil dari internet untuk menambah kesan profesionalitas, padahal sebenarnya hanya tipu muslihat.
- Sistem Overclaiming: Quantum Drift Mining membuat klaim besar-besaran tentang kemampuan mereka dan potensi keuntungan yang bisa didapat. Ini serupa dengan tren overclaiming di industri lain, seperti skincare, di mana produk diklaim memiliki kemampuan yang tidak bisa dibuktikan.