JABAR EKSPRES – Nasib malang menimpa Cucu Kendarsih (60), seorang warga RT 3 RW 14 Lingkungan Tanjungsukur, Kelurahan Hegarsari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar. Sejak terjatuh dari sepeda dua bulan yang lalu, tangan sebelah kanan Cucu mengalami patah tulang. Perempuan paruh baya ini, yang biasanya menyambung hidup dari berjualan lauk pauk, kini tidak dapat beraktivitas seperti biasanya.
Kondisi Cucu semakin parah dengan penyakit asam urat yang dideritanya, yang mengakibatkan kakinya mengalami pembengkakan sehingga ia tidak dapat berjalan. Dalam keadaan lemah, Cucu hanya bisa terbaring tak berdaya di atas pembaringan lapuknya.
“Tahun lalu saya pernah dapat BPNT di kantor pos dan juga bantuan beras Rastra. Sekarang saya sudah mengajukan PKH dan berharap ada dermawan yang mau membantu pengobatan saya,” harapnya sambil menahan air mata, pada Rabu 18 September 2024.
BACA JUGA: Partai Demokrat Harap Bapaslon Dadang-Ali Dapat Nomor Satu Undian KPU
BACA JUGA: Beberkan Capaian 10 Tahun Pemerintah, Kemenko PMK: IPM Indonesia Meningkat
Selama ini, Cucu mengandalkan belas kasihan sanak saudaranya untuk sekedar makan dan minum, serta membantu kebutuhan sekolah putra bungsunya yang masih duduk di kelas 2 SMPN 1 Banjar. “Saya tidak bisa berjualan karena tangan saya masih dalam perawatan pengobatan alternatif dan itu membutuhkan uang,” jelasnya.
Cucu juga menceritakan bahwa ia pernah dirawat di rumah sakit karena kakinya menderita asam urat. “Tapi saya belum bisa berjalan walau bengkaknya tidak seperti sebelumnya,” ungkapnya penuh harap.
Sebelum kecelakaan, ia mengalami kesulitan dalam berjualan, di mana omsetnya semakin kecil dan sering kali lauk pauk dagangannya masih sisa banyak. “Saya biasanya masak sendiri semuanya mulai dari pukul dua dinihari sampai pukul 6 pagi. Nanti ada dua orang yang mengambil untuk dijual dengan cara keliling,” kisahnya.
Saat ini, Cucu hanya bisa mengandalkan anak bungsunya untuk merawat dirinya, dan itu pun harus menunggu hingga pulang sekolah. “Untuk buang air, saya tampung dulu di pispot dan nanti anak saya yang mengurusnya kalau sudah pulang sekolah,” terangnya.
Ketua RT 03, Uwen Alwen, mengaku bahwa pihaknya selama ini sudah mengalokasikan beberapa bantuan pemerintah untuk keluarga Cucu, yang berstatus janda setelah suaminya meninggal dunia. “Sementara untuk PKH biasanya ada kelompoknya, jadi bukan lewat ketua RT,” ujarnya.