Sinopsis Film Under Siege 2: Dark Territory, Ancaman Teroris di dalam Kereta Api

JABAR EKSPRES – Sinopsis film Under Siege 2: Dark Territory yang akan tayang di Bioskop Trans TV malam ini Selasa, 17 September 2024.

Under Siege 2: Dark Territory adalah sekuel dari film aksi populer Under Siege (1992) yang dibintangi oleh Steven Seagal.

Film ini kembali menghadirkan Seagal dalam peran Casey Ryback, seorang mantan anggota Navy SEAL yang kini menjadi koki, namun sekali lagi terjebak dalam situasi berbahaya.

Disutradarai oleh Geoff Murphy, Under Siege 2 menawarkan aksi yang menegangkan dengan latar yang berbeda: sebuah kereta api.

Sinopsis Film Under Siege 2

Film ini dibuka dengan Casey Ryback yang hendak menghabiskan waktu bersama keponakannya, Sarah Ryback (diperankan oleh Katherine Heigl).

Mereka berdua naik kereta api dari Denver menuju Los Angeles untuk berlibur setelah kematian saudara perempuan Casey, yang juga ibu dari Sarah.

BACA JUGA: Link DANA Kaget Hari Ini, Peluang Dapat Saldo DANA Gratis Langsung Cair ke 200 Orang

Namun, perjalanan yang seharusnya menjadi momen tenang dan penuh keakraban ini berubah drastis ketika teroris menyerang kereta tersebut.

Kelompok teroris, yang dipimpin oleh seorang jenius komputer bernama Travis Dane (Eric Bogosian), berhasil mengambil alih kereta yang membawa Casey dan Sarah.

Travis Dane adalah mantan ilmuwan militer yang pernah bekerja untuk pemerintah AS di sebuah proyek satelit rahasia bernama Grazer One.

Satelit ini dirancang untuk meluncurkan serangan laser dari luar angkasa, yang dapat menghancurkan target di mana saja di dunia dengan presisi tinggi.

Setelah dipecat dari proyek tersebut, Travis memalsukan kematiannya dan kini kembali dengan rencana jahat, menggunakan satelit tersebut untuk menghancurkan target strategis dan mendapatkan uang tebusan miliaran dolar.

Travis, bersama sekelompok tentara bayaran yang dipimpin oleh Marcus Penn (Everett McGill), menjadikan kereta sebagai pusat operasinya karena ia dapat mengontrol satelit Grazer One dari dalamnya, menghindari deteksi oleh otoritas militer.

Kereta tersebut bergerak di wilayah yang disebut “dark territory”, di mana tidak ada sinyal komunikasi atau radar yang bisa mendeteksi keberadaannya, membuat operasi para teroris lebih sulit dilacak.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan