JABAR EKSPRES – Ekonom senior Faisal Basri dikenal sebagai sosok yang menspirasi peneliti muda Institute for Development of Economics and Finance (Indef), atas keberaniannya dalam bersuara serta teguh pendirian.
Hal itu disampaikan sejumlah ekonom Indef, salah satunya Eko Listiyanto. “Bagi saya Pak Faisal itu memang inspirasi untuk peneliti-peneliti muda di Indef,” kata Eko kepada media.
“Suara, pemikiran hingga gagasan beliau banyak dan selalu fokus pada upaya untuk memperbaiki kebijakan ekonomi Indonesia,” sambungnya.
Menurutnya, sosok Faisal tidak hanya berbagi ide dan gagasan, namun ia juga kerap terjun langsung dalam memperjuangkan ide-ide kebijakannya.
“Beliau itu tidak sekedar akademisi atau juga peneliti, tapi juga memang aktivis jadi pada situasi tertentu,” ujarnya.
Keterlibatannya itu, kata dia, salah satunya dibuktikan ketika memperjuangkan saat ada upaya pelemahan terhadap KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Bahkan tak jarang Faisal mengikuti aksi ujuk rasa, memprotes kebijakan yang jauh dari nilai-nilai sosial.
Selain itu, keponakan mantan Wakil Presiden RI Adam Malik tersebut juga memiliki banyak karya dan menulis buku tentang ekonomi Indonesia.
Ia juga aktif menyalurkan pemikirannya melalui berbagai kanal. Baik di sosial media, blog, maupun di forum-forum diskusi.
“Pak Faisal sangat rajin, datang di berbagai undangan seminar, podcast,” ujarnya.
Eko juga menyebut bahwa sosok Faisal Basri selalu memegang teguh prinsip dan pemikirannya.
“Teguh dalam konteks memegang prinsip pemikiran beliau, jadi itu mungkin juga sangat menginspirasi kami, jadi ide-ide yang beliau sampaikan di ruang publik itu dia perjuangkan juga,”
Menurutnya, hal itulah yang merefleksikan sosok Faisal Basri sebagai orang yang selalu berusaha agar bermanfaat untuk banyak orang.
Sebagai informasi, Ekonom senior yang merupakan alumnus Universitas Indonesia sekaligus pendiri Indef, Faisal Basri, meninggal dunia pada Kamis (5/9/2024) dini hari di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta.
BACA JUGA:Kritik Vaksin Berbayar, Faisal Basri: Barang Publik Kok Diprivatisasi?