JABAR EKSPRES – Sebuah peristiwa mengejutkan terjadi di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Ciamis, Jawa Barat. Dalam Pilkada serentak tahun 2024, muncul relawan yang mendukung kotak kosong. Kejadian ini merupakan dampak dari proses pendaftaran calon kepala daerah di KPU Ciamis, di mana hanya terdapat satu pasangan calon (paslon) yang mendaftar, yaitu Herdiat Sunarya dan Yana D Putra.
Paslon tersebut berhasil meraih dukungan penuh dari berbagai partai politik, sehingga tidak ada calon lain yang muncul untuk bersaing. Dengan demikian, situasi di Pilkada Ciamis menjadi unik, di mana hanya ada satu paslon yang akan bertarung melawan kotak kosong. Fenomena ini menimbulkan berbagai reaksi di masyarakat, mulai dari dukungan hingga kritik terhadap minimnya pilihan yang tersedia bagi pemilih.
Keberadaan relawan yang mendukung kotak kosong mencerminkan adanya keinginan masyarakat untuk memberikan suara mereka, meskipun hanya untuk mengekspresikan ketidakpuasan terhadap situasi politik yang ada. Hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat Ciamis menginginkan lebih dari sekadar satu pilihan dalam pemilihan kepala daerah mereka.
“Dalam konteks yang lebih luas, kejadian ini menyoroti pentingnya partisipasi politik dan keberagaman dalam pemilihan umum. Masyarakat berhak memiliki lebih banyak pilihan untuk memastikan bahwa suara mereka benar-benar terwakili. Situasi ini juga menjadi tantangan bagi KPU dan partai politik untuk lebih aktif dalam menciptakan iklim politik yang sehat dan kompetitif,” kata Ketua Relawan Kotak Kosong Kabupaten Ciamis, Yoyo Sutaryo, Kamis (5/9).
Asep Wahyudin, salah satu relawan kotak kosong mengatakan, keberadaan satu calon Kepala Daerah mencerminkan kegagalan dalam pengkaderan partai politik di Ciamis.
BACA JUGA: Video Mesum Siswi SMP di Brebes Viral, Sekolah Perketat Razia HP Pelajar
“Pengkaderan dan pendidikan politik yang mungkin belum merata di Ciamis, kita ini membentuk relawan kotak kosong lebih seperti edukasi saja, karena kotak kosong juga mempunyai hak untuk dipilih,” terangnya, Kamis 5 September 2024.
Asep juga menegaskan bahwa mereka tidak memiliki tendensi ke pihak manapun. “Adanya oposisi di satu daerah itu mencerminkan sehatnya politik. Dengan adanya satu suara atau penggabungan koalisi yang gemuk, kita lihat sendiri bagaimana nantinya, kalau debat siapa yang bertanya program, dan lainnya,” jelasnya.