Waspada Bahaya Aplikasi BLK 48 Scam Penipuan, Para Mentor Ponzi Gencar Cari Member

JABAR EKSPRES – Dalam dunia digital yang semakin berkembang, berbagai macam penawaran investasi muncul dengan iming-iming keuntungan besar dalam waktu singkat. Salah satu yang sedang menjadi sorotan adalah BLK 48, sebuah platform yang diduga sebagai skema penipuan berkedok investasi.

Baru-baru ini,saya mengecek situs BLK 48 dan ternyata masih bisa diakses. Namun, setelah mencari informasi lebih lanjut, banyak yang menyebut bahwa platform ini sudah tergolong scam atau penipuan.

Bahkan sejak pertama kali muncul, aplikasi ini sudah menunjukkan tanda-tanda mencurigakan. Salah satunya adalah janji keuntungan besar yang tidak masuk akal dan syarat mengajak orang lain untuk bergabung—sebuah pola yang sangat umum dalam skema money game atau Ponzi.

Baca juga : Bagaimana Cara Kerja Aplikasi TXR Trading, Apa Benar Investasi Bodong?

Salah satu cerita yang menarik perhatian saya datang dari seorang pengguna Ia membagikan pengalamannya saat diundang oleh temannya untuk mengikuti program magang yang ternyata berujung pada penipuan.

Dalam program tersebut, peserta dijanjikan komisi hanya dengan membaca novel berbahasa Inggris. Namun, setelah menyelesaikan tugas, mereka diminta untuk menjadi anggota dengan membayar deposit sebesar Rp300.000.

Tak hanya itu, dari keterangan yang saya dapat ada dugaan bahwa situs BLK 48 ini beroperasi seperti skema judi online yang berbahaya. Dengan berbagai janji manis, mereka berusaha mengelabui pengguna agar merasa seolah-olah sedang berinvestasi, padahal sebenarnya mereka hanya terlibat dalam permainan yang merugikan.

Namun tetap saja ada orang yang menyatakan bahwa BLK48 bukanlah penipuan dan berusaha meyakinkan orang lain agar tidak percaya dengan konten yang mengungkap fakta. Namun, kita harus tetap kritis dan tidak mudah terpengaruh oleh komentar-komentar yang tidak berdasar.

Satu hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya menjaga keamanan data pribadi. Dalam kasus BLK48, beberapa pengguna melaporkan bahwa mereka diminta untuk memberikan data pribadi seperti KTP untuk tujuan yang tidak jelas. Padahal, memberikan data pribadi kepada platform yang tidak terpercaya sangat berisiko, terutama jika platform tersebut beroperasi secara terselubung dan tidak transparan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan