Tim Dosen Prodi Pendidikan IPS UPI Selenggarakan PkM Penguatan Program Pendidikan Profesi Guru Melalui Pengembangan Mentoring Skill dan Desain Thingking Bagi Guru

BANDUNG – Tim Dosen Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) dalam bentuk penguatan atas program pendidikan profesi guru.

Mengusung tema mengenai pengembangan mentoring skill dan desain thingking pada modul ajar IPS bekerjasama dengan MGMP IPS Rayon 2 Kabupaten Garut. Kegiatan Pk Mini dilaksanakan di SMPN 4 Tarogong pada Jumat, 23 Agustus 2023.

MGMP IPS Rayon 2 Kabupaten Garut, Rina Adiana, S.Pd., Gr, menyambut baik pelaksanaan kerjasama PkM ini yang sangat bermanfaat dalam rangka menjawab berbagai perkembangan keilmuan kependidikan serta mengelaborasi berbagai kebutuhan guru di lapangan.

Selaku Narasumber, Muhamad lqbal, M.Si menjelaskan, kegiatan ini sangat strategis terkait dengan Perkembangan mentoring skill yang mengalami proses perubahan tujuan.

Menurutnya, pada tahun 1980-an proses mentoring skill lebih pada pola satu arah antara guru (mentor) dengan mahasiswa praktik mengajar lapangan (mentee).

“Pada tahun 1990-an tujuan mentoring lebih kepada hubungan timbal balik, sedangkan pada tahun 2000-an relasi mentor dengan mentee lebih pada dimensi kolaboratif dan dinamis, seperti peran mentor lebih pada konselor, rekan pembelajar, dan penanya,” jelasnya.

Dia menambahkan, Mentoring skill dibekali peran strategis sebagai resource persen, problem solvers, role models, evaluator, supporters, challengers, counselor, co-learners, dan co-inquiries.

Sementara itu, Narasumber lain, Mina Holilah, M.Pd. mengatakan, pengembangan modul ajar IPS berbasis design thinking dilatarbelakangi oleh urgensi peningkatan profesionalisme guru IPS dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran yang kontekstual, implementatif dan kreatif di kurikulum Merdeka.

“Rancangan yang bersifat user-centrered ini bertujuan ntuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sejauh mana pengalaman belajar berpusat pada peserta didik,” ujarnya.

Modul ajar disusun melalui 5 fase yaitu empathize-membangun empati, define-merumuskan tujuan, ideate–Ideasi/menciptakan solusi, prototype–mengembangkan prototipe, serta test/evaluate-menguji coba prototipe.

Penyusunan modul ajar berdasarkan pada pendekatan integratif pemecahan masalah, berorientasi pada pengguna, menekankan empati, terdiri dari siklus-siklus iteratif, perlu memiliki keanekaragaman partisipan, menciptakan ruang kerja yang kolaboratif dan kreatif, dan menggabungkan analisis-sintesis. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan