Apabila penurunan air terus terjadi, dijelaskan dia, bukan tak mungkin pengelola waduk akan melakukan modifikasi cuaca atau Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Hal ini agar pasokan air untuk kegiatan PLTA dan pengairan tetap terjaga.
“Dengan pengaturan pola operasi dan rencana akan melakukan TMC pada awal musim penghujan di Oktober 2024,” tandasnya.
Dampak kemarau selain berdampak pada penyusutan air, juga pada petani di sepanjang DAS Waduk Saguling. Tak sedikit masyarakat yang tinggal berdekatan dengan DAS memilih menggarap lahan mengering untuk dijadikan pertanian.
BACA JUGA: Rekomendasi 10 Tempat Honeymoon Romantis di Bandung, Cocok Banget untuk Pengantin Baru
Seperti halnya, Onang Hidayat, 71 tahun, salah seorang petani asal Cangkorah, Kecamatan Bantujajar, mengatakan terpaksa menggarap lahan di permukaan Waduk Saguling karena sawah yang biasa digarap kering karena tidak teraliri air sejak beberapa bulan terakhir.
“Biasanya garap sawah sewa tapi sekarang lagi kering, gak ada air dari dua bulan lalu. Baru sekali panen, terus udah tanam musim kedua keburu kemarau jadinya gak ke panen,” kata dia saat ditemui beberapa waktu lalu.
Di permukaan Waduk Saguling yang mulai surut, dia sengaja menanam berbagai jenis palawija yang mudah dan cepat dipanen.
“Tapi sekarang baru nanam cabai sama ubi jalar. Nanti rencananya mau jagung juga buat tahun baru. Mudah-mudahan airnya gam cepet naik lagi biar kepanen,” katanya. (Wit)