Bambang menjelaskan bahwa pendapatan pajak dari sektor pariwisata di Kota Bandung pada bulan Juli 2024 mencapai angka yang signifikan, yaitu 4-5 miliar rupiah.
“Festival seperti Eling Earth ini tidak hanya berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan, tetapi juga mendukung promosi pariwisata Kota Bandung, khususnya dalam merevitalisasi objek-objek wisata seperti Babakan Siliwangi yang kini menjadi pusat edukasi dan rekreasi,” jelasnya.
Circular Dago, sebagai salah satu inisiatif utama dalam festival ini, diharapkan mampu menjadi model yang dapat diterapkan di wilayah lain di Kota Bandung maupun di luar daerah.
Circular Dago menggabungkan konsep wisata berbasis komunitas dengan upaya konservasi lingkungan, di mana pelestarian alam menjadi bagian dari kehidupan masyarakat lokal dan memberikan pengalaman edukatif bagi para pengunjung.
Agenda utama dalam Eling Earth Festival adalah “Surga Hijau,” sebuah kegiatan Susur Gang Hijau yang mengajak peserta untuk menelusuri gang-gang kecil dari Dago Tea House hingga Babakan Siliwangi.
Mahasiswa SBM ITB diajak melihat kondisi lingkungan dari berbagai kelas ekonomi, dengan berhenti di tiga titik yang diisi oleh para penggiat lingkungan. Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi peserta untuk memahami perbedaan kondisi sosial-ekonomi di wilayah tersebut dan mengapresiasi upaya masyarakat dalam menjaga lingkungan.
Di akhir perjalanan Susur Gang Hijau, peserta disambut dengan atraksi seni “Jaga Bumi Jaga Lembur,” sebuah persembahan seni yang menghormati anugerah alam, khususnya air dan lingkungan. Selain itu, Eling Earth Festival juga menampilkan pameran produk inovasi dari para dosen SBM ITB serta pertunjukan seni tradisional Jaipongan sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya lokal Sunda.
Tidak hanya menghadirkan kesadaran lingkungan, Eling Earth Festival juga menjadi ajang untuk memperkenalkan para aktivis lingkungan yang telah berkontribusi secara signifikan dalam menjaga kelestarian alam.
“Peran generasi muda sangat penting dalam menghadapi tantangan lingkungan di masa depan. Mahasiswa, melalui kreativitas mereka, harus menjadi agen perubahan dan membantu membentuk ekonomi masa depan yang berkelanjutan,” ungkap Melia Famiola Hariadi, Ph.D , selalu ketua teaching team mata kuliah Environment Management System.