JABAR EKSPRES, BANDUNG – Jajanan makanan di sekitar sekolah, sedikit banyak mengancam kesehatan murid. Hal ini tambah berbahaya apabila kurangnya perhatian dari segala pihak. Baik itu lembaga pendidikan maupun instansi kesehatan.
Ahli Gizi Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Ides Haeruman mengungkapkan, kendati hal tersebut merupakan tanggungjawab sekolah. Namun setidaknya instansi kesehatan, yakni paling terdekat adalah puskesmas, turut memberi pengawasan.
“Bisa saja dalam hal ini sekolah biasanya mengajak pihak puskesmas dalam hal pengawasan terhadap makanan yang ada di sekitar lingkungan sekolahnya,” ungkap Ides kepada wartawan di Bandung, Rabu (7/8).
BACA JUGA:Atap Bangunan Kelas SDN Dahniar Ambruk, Ternyata Ini Penyebabanya!
Itu sebenarnya, lanjut Ides, prosedur seperti ini terdapat pada tiap puskesmas. Seperti adanya ahli gizi yang bertugas di puskesmas yang dapat bekerja sama dengan pihak sekolah melalui unit kesehatan sekolah (UKS).
Dia menambahkan, langkah pertama yang bisa dilakukan ialah edukasi. Pertama menyasar kepada anak-anak terkait jajanan sehat, lalu disertai edukasi yang diimplementasikan orang tua siswa. Dapat dengan menilai seberapa sehat jajanan yang berada di lingkungan sekolah.
“Melihat jajanan yang ada di sekitar lingkungan sekolah. Apakah ada yang tidak sehat, berbahaya ataupun bagaimana itu baru kita edukasi,” tambahnya.
Berdasarkan sejumlah kegiatan dalam memberi edukasi dan pendalaman, dirinya mengaku bahwa belum pernah ditemukan satupun kasus terkait jajanan berbahaya di lingkungan sekolah.
“Makanya saya dalam hal itu kita dalam melakukan edukasi itu selalu memberikan gambaran, bahwa sebenarnya makanan yang terbaik itu adalah makanan yang dibuat oleh ibu-ibu mereka,” jelasnya.
“Jadi diusahakan mereka itu orang tua dan anak. Membawa bekal dari rumah. Kalaupun misalnya. Minimalisir potensi anak mengalami kegemukan karena jajanan di luar. Kebanyakan mengandung tepung terigu mengandung di prosesnya digoreng dan mengandung MSG,” pungkasnya.