Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Lukmanul Hakim mengatakan, kekeringan akibat kemarau ini berdampak pada produktifitas petani, sebab pertanian di Bandung Barat masih banyak lahan persawahan yang mengandalkan air hujan.
“Data BPS mencatat, sawah tadah hujan seluas 9.781 hektare thun 2022. Hasil pemetaan BPN tidak sampai segitu. Sawah tadah hujan yang berpotensi dipompanisasi seluas 5.508 hektare. Hampir di seluruh kecamatan,” papar Lukman.
Kawasan pertanian di kecamatan Cihampelas ini sangat bergantung pada pengairan dari irigasi Leuwikuya. Irigasi tersebut mengalami pensangkalan lantaran tidak terawat dan banyaknya alih fungsi lahan yang mengakibatkan menurunnya debit atau kuantitas air.
“Irigasi Leuwikuya ini dibangun sejak era Hindia Belanda. Kemudian mengalami pendangkalan seiring usianya. Tercatat sampai 2016, irigasi ini sudah tidak aktif lagi,” jelas Lukman.
Irigasi tersebut mengalirkan air dari hulunya di wilayah Soreang, Kabupaten Bandung. Dari irigasi tersebut, lahan persawahan di kawasan Cihampelas.
“Jangka pendeknya akan dilakukan pompanisasi untuk mengairi lahan sawah. Jangka panjangnya, besok kit akan menghitung untuk melakukan normalisasi irigasi,” tandasnya. (Wit)