“Sebetulnya itu obrolan iseng saya, ya kebetulan Pengadilan Musik itu perangkatnya itu-itu saja. Kami menampilkan sedikit perbedaan ketika DT09 jadi terdakwa, akhirnya kami koordinasi dengan Kuch Eza (manajer DT09) bisa misalkan hadirkan pembela yang lain daripada yang sudah kita punya, akhirnya yang ketemu dengan Henhen dan akhirnya Henhen mengiyakan.” timpalnya.
Manajer DT09, Kuch Eza menyadari musik yang disugukan DT09 memang sangat kental dengan aroma sepakbola. Namun DT09 tak menutup kemungkinan untuk menciptakan karya yang lebih universal agar bisa dinikmati oleh berbagai kalangan.
“Kita kalau berbicara musik atau band musik ya harus bisa diterima secara universal ya, karena bukan tidak mau menutup diri mereka bisa diterima lagi oleh banyak orang, karya-karya kita didengar juga nggak hanya pecinta khususnya bobotoh aja. Kita juga pengen dikenal juga atau bisa diterima karya kita oleh orang umum lah,” beber Eza
Namun ketika disinggung soal potensi hijrah dari musik berlatarbelakang Persib atau Bobotoh, Kuch Eza secara tegas DT09 tak akan pernah meninggalkannya. Pasalnya secara ruh, band ini lahir dari kesamaan rasa dan kecintaan terhadap tim kebanggaan yaitu Persib.
“Kalau ngomongin keluar dari Persib kita tidak sama sekali, tidak meninggalkan Persib, dan tidak akan pernah tinggal. untuk karya yang selanjutnya kita lebih universal tentang suporter dan juga klubnya. yang pasti untuk kecintaan terhadap persib tidak akan kurang lebih sedikit dari DT09.” tutup Eza.
Di pengujung DCDC Pengadilan Musik, Man Jasad selaku hakim mendapat kesimpulan bahwa karya DT09 sangat layak dan mereka lolos dari hukuman. (Dam)