Dengan Adanya Program Padat Karya, Disnaker Kota Cimahi Optimis Turunkan Angka Pengangguran

JABAR EKSPRES – Kepala Dinas Ketenagakerjaan (Kadisnaker) Kota Cimahi, Asep Jayadi, baru-baru ini menegaskan komitmen pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran melalui berbagai program, termasuk program padat karya.

Program ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi masyarakat yang belum memiliki pekerjaan.

“Dikategorikan orang yang pengangguran itu, melalui versi BPS adalah orang yang tidak bekerja sama sekali dalam seminggu. Namun apabila dalam seminggu itu bekerja hanya satu jam saja, itu dikategorikan bukan pengangguran,” ujar Asep pada awak media, Selasa (23/7).

Asep berharap bahwa masyarakat bersikap jujur ketika ada survei satau pendataan yang dilakukan pihak BPS.

“Bahwa bila tidak bekerja, maka tidak bekerja. Kalau bekerja tapi misalnya hanya seminggu itu dua kali atau dua jam, tidak apa-apa sampaikan saja,” lanjutnya.

BACA JUGA: 3 Universitas Negeri Masih Buka Seleksi Mandiri Juli 2024, Ada yang Tanpa Nilai UTBK!

Terkait program padat karya, Asep membeberkan, program tersebut merupakan salah satu upaya untuk mengatasi pengangguran dengan memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat yang belum memiliki pekerjaan.

“Karena memang nanti kita ada yang namanya kegiatan program padat karya. Dimana ini untuk mengantisipasi yang belum punya pekerjaan, dan bisa bekerja melalui program padat karya,” katanya.

Asep juga mengakui, pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir telah membuat semua sektor sedikit tidak bergerak.

Meski demikian, ia optimis dengan beberapa program yang dilaksanakan oleh Disnaker untuk menurunkan angka di Kota Cimahi.

Selain pengangguran, Asep juga menyoroti masalah kesenjangan pendapatan di Kota Cimahi. Meskipun banyak pekerja sudah bekerja, namun pendapatan mereka belum sesuai dengan standar hidup layak.

BACA JUGA: Kejagung Limpahkan Berkas Perkara Harvey Moeis dan Helena Lim ke Kejari

“Memang mereka bekerja, namun pekerjaannya tidak sesuai dengan hidup layak. Bila mengacu pada UMK Cimahi itu 3,6 juta, tapi kami hanya berpendapatan 2 juta,” jelasnya.

Asep menekankan perlunya peningkatan kompetensi masyarakat agar nilai jual mereka di pasar kerja meningkat.

“Itu kami pikirkan bagaimana meningkatkan pendapatan masyarakat. Apakah dengan kompetensi yang ditingkatkan, sehingga nilai jual kita dalam bekerja itu ada harganya,” tambahnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan