“Contoh parameter yang kita ukur melalui Air Quality Monitoring System atau Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien. Nah arah angin, suhu, hujan dan selebihnya terpantau di sini,” sambung dia.
BACA JUGA:Ormas Pendukung SYL Serang Jurnalis Pasca Sidang Putusan, Ini Kata IJTI
Heru memastikan alat pemantau udara ini hasilnya bisa dilihat secara langsung atau real-time. Namun hanya dalam radius 5 kilo meter dari titik pemasangan. “Jadi per 5 KM kalau kita ambil radiusnya itu sekitar 5 KM kalau kita ambil diameter itu 10 KM daei titik pusatnya,” jelas Heru.
Ditanya kualitas udara di Kabupaten Bandung Barat, disebutkan berdasarkan data dari SPQUA hasilnya berada di tingkat sedang. Hasil tersebut menurutnya lumayan baik, mengingat wilayah KBB terdapat banyak industri serta kendaraan yang menyumbangkan polusi udara.
“Kalau hasil pemantauan insyaallah dalam kondisi sedang menuju baik karena nilai partikulat meternya saja yang agak ini sedikit jadi ini statusnya sedang. Insyaallah kalau kualitas udara ini sudah diatas targetnya Pemda, sudah diatas targetnya KLHK untuk kualitas udara,” ungkapnya.
Lebih lanjut Heru mengungkapkan jumlah pemantau kualitas udara yang di pasang KLHK di seluruh Indonesia sebanyak 50 alat. Adapun di Bandung Raya baru ada dua diantaranya Kabupaten Bandung Barat dan Kota Bandung.
“Sedangkan di Jawa Barat termasuk yang di KBB itu sekitar 7. Mungkin ada-ada juga alat-alat yang diadakan secara mandiri artinya kalau KBB ini dapat alat ini dari KLH melalui data dak dan misalkan Kabupaten/Kota secara finansial mampu mendanai nya mungkin bisa beli sendiri,” tandasnya. (Wit)