10 Nasehat Ustadz Yazid Bin Abdul Qodir Jawas Sebelum Meninggal

JABAR EKSPRES – Kabar meninggalnya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas pada Kamis, 11 Juli 2024 menjadi berita duka bagi sebagian besar umat muslim, beliau meninggal dunia di usia ke 61 tahun

Tokoh Ulama Salafi pengasuh Pondok Pesantren Minhaj Sunnah, Bogor, ini dikabarkan meninggal di Rumah sakit Bogor setelah menjalani perawatan karena kanker.

Sebelum mengalami penurunan kesehatan, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas aktif memberikan tausiah di berbagai kesempatan, ada 10 nasehat yang sangat membekas di hati para jamaahnya.

Nasehat-nasehat tersebut bisa menjadi amal Jariah yang mendatangkan banyak pahala, jika dilaksanakan oleh para jamaahnya.

Berikut 10 Nasehat dari Ustadz Yazid Bin Abdul Qodir Jawas yang berhasil dirangkum dari berbagai ceramahnya:

1. Selama kita kuat berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah ‘ala Fahmis Salaf, maka Allah akan tolong kita.

Baca juga : Khutbah Jumat Singkat Tentang Mendatangi Dukun dan Peramal

2. Seorang da’i, ustadz dan guru, ketika ia berada di rumah, maka harus menggunakan waktu untuk dirinya dengan baca Al-Qur’an, muraja’aah pelajaran dan kalau mampu dia menulis artikel, buku-buku yang bermanfaat, dan meluangkan waktu juga untuk istri dan anak-anak.

3. Jagalah keluarga, istri dan anak-anak, mereka wajib kita didik dan ajarkan adab dan akhlak yang mulia, nasehati mereka meskipun kadang kita agak keras, karena tanggung jawab kita berat di hadapan Allah pada hari kiamat. Jangan kita seperti lilin menerangi orang lain tapi lupa diri dan terbakar.
Allah Ta’aala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (Qs. At Tahrim : 6).

4. Sebagai da’i, ustadz, guru, harus mengatur waktu sebaik-baiknya, atur waktu untuk membaca, belajar dan muraja’ah, atur juga untuk istri, anak dan orang tua. Jangan banyak mengisi kajian, sibuk dengan pertemuan, dan hal-hal yg tidak bermanfaat, tapi harus sibuk dengan ilmu, belajar dan muraja’ah dan sibuk untuk mengamalkan ilmu.

5. Harus tatsabbut -teliti dan koreksi- dalam menyebarkan hadits, takhrij dan derajatnya, karena banyak sekali orang yg menyebarkan hadits-hadits Dha’if dan Palsu. Ini wajib hati-hati, supaya kita tidak terkena ancaman berdusta atas nama Nabi Muhammad shallallahu alahi wasallam atau jangan menjadi seorang pendusta.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan