JABAR EKSPRES, BANDUNG – Bandung Intra Urban Tol Road (BIUTR) merupakan proyek jalan tol dalam Kota Bandung yang diproyeksikan guna memecah 50 persen kemacetan di Kota Kembang. Memanjang sejauh 27,3 Kilometer (KM) dengan nilai investasi kurang lebih Rp 10 triliun, jalan bebas hambatan ini rencananya bakal menghubungkan wilayah Pasteur dan Cileunyi.
Gagasan tol dalam kota sendiri muncul sejak 7 dekade silam. Dilansir dari artikel Leapfrogging Past the Urban Highway, hal ini muncul dari proyek usang kejayaan desain transportasi pada tahun 1950-an.
Di saat kota metropolitan lain macam Seoul, New York, California mulai menghancurkan tol dalam kota yang dianggap tak berjalan sesuai dengan skenario awal. Isu pembangunan BIUTR di Kota Bandung kembali muncul setelah mati selama 17 tahun. Bahkan pembangunan awal rencananya bakal dilakukan di Tahun 2024.
BACA JUGA:Oknum Pesilat di Kediri Serang Pengendara Motor, Sang Istri Diduga sedang Mengandung
Seakan menunggu terealisasi, Penjabat Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono menyambut positif bakal dimulainya pembangunan BIUTR tersebut. Menurutnya, pembangunan tol dalam kota bisa menjawab kemacetan yang selama ini terjadi di Kota Kembang.
“BIUTR (Tol Dalam Kota) itu cita-cita masyarakat Kota Bandung. Sudah 17 tahun masyarakat menanti. Dan saat ini, Pemerintah Pusat ingin 2024 sudah bisa groundbreaking,” kata Bambang dikutip pada keterangan rilisnya.
“Kehadiran BIUTR sudah sangat urgent. Kita sama-sama tahu kepadatan lalu lintas di Kota Bandung seperti apa,” ujarnya.
BACA JUGA:Jalan Penghubung 2 Desa di Cileunyi Bandung Amblas, Sementara Tak Bisa Dilintasi Kendaraan Roda 4
Namun nyatanya, pembangunan BIUTR dinilai bakal menimbulkan dampak yang banyak merugikan masyarakat Kota Bandung. Mulai dari segregasi atau pemutusan bagi para pejalan kaki maupun pesepeda, dan pembangunan tol dalam kota yang bakal banyak mengorbankan tempat tinggal warga guna memfasilitasi kendaraan bermobil.
Selain itu, yang lebih parah yakni dampak ekologi akan kembali terimbas dengan dibangunnya BIUTR. Hal tersebut berkenaan dengan perluasan wilayah yang akan semakin merusak agrikultur tanah maupun habitat alamiah.
Mengacu pada tujuan dibangunnya BIUTR guna memecah kemacetan di Kota Bandung. Menurut Akademisi sekaligus Dosen Transportasi UPI Fakultas Teknologi dan Kejuruan, Wiku Tama menyebut, alih-alih mengurai kepadatan kendaraan, pembangun tol dalam kota malah bakal menghasilkan fenomena induced demand.