Sistem Irigasi Belum Optimal, Petani Lumbung Pangan Cipatat KBB Terancam Gagal Panen

JABAR EKSPRES – Sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Bandung Barat (KBB) terancam gagal panen. Apalagi, utamanya yang hanya mengandalkan air hujan.

Seperti halnya petani di wilayah Kecamatan Cipatat, mereka berharap jaringan irigasi di kawasan itu semakin diperluas untuk mengatasi kesulitan air di musim kemarau.

“Biasanya panen 30 kuintal, karena kondisinya seperti ini paling yang bisa dipanen hanya 5 kuintal,” ujar Syahroni (63), salah seorang petani asal Desa Rajamandala Kulon, Kecamatan Cipatat, saat dikonfirmasi, Kamis (27/6/2024).

Syahroni adalah petani penggarap. Ia menggarap sawah seluas 350 tumbak. Namun tak hanya dia yang menggarap sawah di kawasan Kecamatan Cipatat, melainkan sedikitnya ada 20 petani lainnya juga yang berprofesi serupa.

BACA JUGA:Tiga Jemaah Haji Asal Kota Cimahi Meninggal Dunia

“Jika dihitung ada puluhan hektar dari keseluruhan sawah yang ada di Kecamatan Cipatat, dan ini berpotensi gagal panen,” paparnya.

Ia menerangkan, minimnya aliran air dari daerah irigasi (DI) hulu Rajamandala berdampak pada petani di Desa Rajamandala Kulon, Mandalasari, Kertamukti, Sarimukti, Sumur Bandung, dan Desa Cipatat.

Hal itu, lanjut Syahroni akibat adanya pendangkalan pada sepanjang saluran DI Rajamandala dan DI Pasir Angin, yang menyebabkan aliran air irigasi tidak dapat maksimal mengaliri lahan pesawahan di wilayah Kecamatan Cipatat.

“Kalau lihat kondisi seperti ini mah ya bakal gagal panen, karena padinya kekurangan pasokan air. Ada sekitar 20 petani akan mengalami gagal panen bahkan ada yang lebih parah sampai tidak bisa di tanami lagi,” jelasnya.

BACA JUGA:The Other Side of Saritem: Gotong Royong Warga Pulihkan Nama Wilayahnya

Sementara wilayah Kecamatan Cipatat dari sejak dulu, dikatakan Syahroni dikenal sulit air. Sehingga hujan menjadi andalan para petani untuk mengairi sawah.

“Kalau begini terus kita rugi, kita kan petani penggarap dan hasilnya pun dibagi dua dengan pemilik lahan. Sementara modal sudah habis Rp7 juta. Kita rugi,” keluhnya.

Ia berharap Pemkab Kabupaten Bandung Barat membangun waduk dan saluran irigasi tidak jauh dari tempat itu.

“Kalau irigasi maksimal, tidak perlu menunggu hujan. Sekarang irigasinya gak berjalan semestinya, kami meminta pemerintah daerah bisa mengatasi hal itu,” harapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan