Dulu Bernilai Rp 358 Triliun, Kini Harga Saham Startup Pendidikan Ini Terjun Bebas ke Nol

JABAR EKSPRES – Byju, yang dulu dikenal sebagai startup edtech paling mahal di dunia dengan valuasi mencapai US$ 22 miliar atau sekitar Rp 358 triliun, kini mengalami nasib tragis. Saham perusahaan asal India ini ditaksir tidak bernilai alias nol. Laporan terbaru dari TechCrunch mengungkapkan bahwa salah satu pemilik saham Byju, yaitu BlackRock, mengumumkan harga saham Byju sudah jatuh bebas hingga tidak ada nilainya lagi.

Penyebab utama penurunan drastis ini adalah keterlambatan Byju dalam merilis laporan keuangan berkali-kali. Setelah akhirnya dirilis, laporan tersebut menunjukkan bahwa Byju tidak mampu mencapai separuh dari target pendapatannya. Hal ini membuat para investor geram, terlebih setelah menemukan berbagai permasalahan tata kelola di perusahaan tersebut. Sebagai akibatnya, beberapa anggota dewan komisaris Byju memilih untuk mundur dari jabatannya.

Keruntuhan Byju dan Kemarahan Investor

Prosus, salah satu investor besar yang memiliki saham di Tencent dan OLX, juga menarik perwakilannya dari dewan komisaris Byju. Mereka menuduh Byju tidak mengindahkan saran dari para pemegang saham. Investor lain juga marah setelah menemukan bahwa manajemen perusahaan berbohong mengenai penggalangan dana sebesar US$ 200 juta yang diumumkan awal tahun ini.

HSBC, dalam risetnya, juga menilai bahwa harga saham Byju nyaris tidak ada harganya. Mereka menyebutkan bahwa kepemilikan Prosus atas 10% saham Byju sudah tidak layak untuk diperhitungkan.

Dari Puncak Kesuksesan ke Jurang Keterpurukan

Kondisi Byju berubah 180 derajat hanya dalam waktu setahun. Pada 2021 dan 2022, Byju sempat menggelontorkan US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 39 triliun untuk mengakuisisi lebih dari selusin perusahaan. Perusahaan ini juga telah menggalang dana lebih dari US$ 5 miliar atau sekitar Rp 78,89 triliun dalam bentuk ekuitas dan utang dari investor besar seperti General Atlantic, Silver Lake, Peak XV, Lightspeed, Chan Zuckerberg Initiative, BlackRock, UBS, Prosus Ventures, dan B Capital.

Namun, semua itu tidak cukup untuk menyelamatkan Byju dari masalah internal yang semakin parah. “Sudah lebih dari 21 bulan sejak penggalangan dana eksternal terakhir kami. Selama itu kita telah memangkas pengeluaran [burn] dan membentuk organisasi yang lebih ramping,” kata pendiri Byju, Raveendran.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan