Kenapa Sih Gen-Z Doyan Mie Instan?

JABAR EKSPRES – Di zaman yang serba cepat ini, mi instan menjadi pilihan banyak orang karena bisa memuaskan perut dalam waktu singkat. Ternyata, hal ini juga menggambarkan generasi Z (Gen Z) yang sering kali dianggap menginginkan segala sesuatu yang instan. Namun, apakah benar mereka hanya pemalas yang serba instan?

Kahla Khamisa, seorang content creator berusia 22 tahun, tak menampik bahwa Gen Z tumbuh dalam dunia yang serba digital dan serba cepat. Dalam wawancaranya dengan CNNIndonesia.com, Kahla mengakui bahwa kemudahan akses teknologi membuat mereka terbiasa dengan hal-hal yang instan.

“Kita [Gen Z] benar-benar sudah sangat terbiasa dengan dunia yang digital. Yang paling aku rasain, sih, sebetulnya kita, tuh, jadi terbiasa banget instan, ya,” ujar Kahla.

Seperti mi instan yang disukai karena praktis, Gen Z juga menyukai hal-hal yang mudah dan cepat. Akibatnya, generasi ini sering menjadi bahan olok-olok generasi sebelumnya di media sosial.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, populasi Gen Z di Indonesia mencapai lebih dari 44 juta orang. Mereka dijuluki sebagai ‘digital native’ karena tumbuh bersama dengan perkembangan teknologi. Psikolog dari Universitas Padjadjaran, Zahrotur Rusyda Hinduan, mengatakan bahwa kemudahan teknologi yang telah dialami sejak kecil memang mempengaruhi pola pikir dan perilaku Gen Z.

“Generasi Z itu significant life event-nya apa saja? Ada perkembangan teknologi. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa technology advancement itu memang memengaruhi significant life event buat mereka [Gen Z],” jelas Zahrotur.

Gen Z cenderung memiliki attention span yang lebih pendek dan kesulitan untuk fokus pada satu hal dalam waktu yang lama. Mereka juga lebih realistis dalam hal pekerjaan, sering kali berpindah-pindah kerja jika ada tawaran yang lebih baik.

“Generasi Z itu lebih realistis kan? Ngapain saya, misalnya, harus kerja terus di tempat yang sama gitu, ketika memang di tempat lain ada gaji yang lebih tinggi? Nah, itu ya, jadi jauh lebih realistis gitu,” tambah Zahrotur.

Meski dianggap lemah mental dan kurang etos kerja, Zahrotur menjelaskan bahwa hal ini bisa jadi karena kurangnya latihan dalam menyelesaikan masalah secara mandiri. Gen Z sering mengandalkan teknologi dan bantuan orang tua dalam menyelesaikan masalah, sehingga kurang terlatih dalam menghadapi tantangan secara langsung.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan