JABAR EKSPRES – Bangunan gereja bernuansa Katedral yang berada di Jalan Masjid, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, masih berdiri kokoh ditengah kemajuan kota yang semakin modern.
Saat ini gereja itu bernama gereja sidang kristus, konon dibangun pada tahun 1911 dan menjadikan gereja tertua di Kota Sukabumi. Di tahun 1911 bangunan tersebut bernama gereja protestan (Protestansche Kerk) sebelum akhirnya berganti nama seperti sekarang.
“Gereja protestan pada awalnya dibangun sejak 1911-1912, didirkan atas bantuan tuan tanah bernama Lennen, kemudian pada 1940-1941 di akuisisi dan menjadi gereja sidang kristus,” ujar penggiat sejarah Sukabumi Irman Firmansyah pada Jabar Ekspres beberapa waktu lalu.
Selain menjadi gereja tertua di Kota Sukabumi, bangunan itu juga menjadi satu-satunya gereja yang memiliki lonceng langsung di datangkan dari Notre Dame Paris. Serta memiliki jam yang menyerupai jam gadang di Bukittinggi Sumatera Barat.
BACA JUGA: IPRC Tangkap Peluang Kuda Hitam Tokoh Alternatif Pilkada Bandung, Ada Budi Dalton
“Kalau di sini yang uniknya jam nya seperti jam gadang, namun ini lebih tua dari jam gadang 1926, disini (gerakan sidang kristus) 1914, yang unik angkanya bukan menggunakan angka IV melainkan IIII itu sebetulnya di jam gadang juga seperti itu,” ujar Irman.
“Konon memang angka IIII adalah angka empat romawi sebelum diubah ke IV karena angka IV adalah singkatan dari dewa Romawi, Jupiter, yang ditulis IVPPITER. Hal ini menyebabkan raja Louis tidak suka dan meminta untuk mengubah tulisan angka empat romawi,” imbuh Irman.
Gudang Persenjataan Jepang
Jepang yang saat itu menjajah Indonesia mulai menguasai Daerah-daerah lainnya, termasuk penguasaan Sukabumi oleh tentara Nippon.
Memasuki tahun tahun 1942, semua gedung hampir di kuasai jepang, para tentara Nippon mulai menguasai Aset-aset daerah strategis daerah, termasuk perampasan gereja sidang kristus.
Jepang yang saat itu sedang melawan sekutu seperti Amerika,Belanda dan lainnya, mulai tidak menyakralkan bangunan tempat ibadah terutama gereja protestan, yang dinilai sebagai agama mayoritas dari musuhnya tersebut.
“Pada masa Jepang, hampir semua bangunan terutama yang diangap bangunan musuh (Jepang) tidak dianggap bangunan sakral, termasuk bangunan gereja sidang kristus yang dijadikan penyimpanan gudang senjata (oleh Jepang),” masih kata Irman Firmansyah yang juga penulis buku Soekaboemi Untold Story.