Ekonom UI Paparkan 3 Alasan Menarik di Balik Rendahnya Inflasi di Indonesia

JABAR EKSPRES – Kiki Verico, seorang ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, menjelaskan tiga faktor yang berkontribusi pada tingkat inflasi yang tetap rendah di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain.

Dalam diskusi Gambir Trade Talk ke-14 yang diadakan oleh Kementerian Perdagangan di Jakarta pada hari Rabu, Kiki menyebutkan bahwa faktor-faktor tersebut meliputi disiplin fiskal, antusiasme tinggi terhadap penggunaan ekonomi digital, dan kinerja logistik di Indonesia.

Kiki menjelaskan bahwa disiplin fiskal yang diterapkan oleh pemerintah termasuk penerapan batas defisit keuangan dan rasio utang terhadap produk domestik bruto (GDP).

“Kita di Undang-Undang Keuangan Negara, ‘public debt’ itu maksimal 60 persen per GDP, ‘annual budget’ defisit 13 persen per GDP,” ujar dia.

Baca juga: Prudential Indonesia Dukung Kartini Masa Kini Cerdas Kelola Kesehatan dan Keuangan Keluarga

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa antusiasme yang tinggi terhadap penggunaan ekonomi digital di Indonesia dapat secara langsung menurunkan biaya transaksi dan asimetri informasi, yang dapat menjaga tingkat inflasi tetap stabil.

Selain itu, kinerja logistik Indonesia yang didukung oleh infrastruktur yang baik juga membantu dalam menurunkan biaya distribusi dan mempercepat penyaluran produk.

“Jadi truk-truk itu sekarang sudah (lewat tol), dan semua serba digital, jadi tidak ada ‘high cost economy’ di situ,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengumumkan bahwa total inflasi pada tahun 2023 mencapai 2,61 persen, yang merupakan yang terendah sejak 1999, yaitu 2,01 persen setelah reformasi.

Kunci keberhasilan dalam menekan angka inflasi, menurut Zulkifli, adalah dengan turun langsung ke pasar untuk memantau dan mengawasi harga barang kebutuhan pokok.

Kemendag telah secara intensif memantau 679 pasar di 503 kabupaten/kota sepanjang tahun 2023 melalui Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan.

Baca juga: Tiga Mata Uang Kripto yang Harus Diperhatikan Minggu Ini: ETH, BOME, HNT

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan